Ramadhan Kareem

Tips Menjaga Mulut Tetap Segar Selama Berpuasa

Editor: Dhita Mutiasari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi seorang mengecek bau mulut.

Antioksidan yang paling melimpah dalam teh hijau adalah Epigallocatechin-3-gallate (EGCG).

Penelitian menunjukkan EGCG mungkin memiliki banyak efek menguntungkan pada kesehatan.

Sebuah studi laboratorium menyelidiki efek EGCG pada jaringan gusi manusia.

Studi menunjukkan bahwa EGCG memicu sel-sel di gusi untuk melepaskan bahan kimia antimikroba.

Bahan kimia ini menargetkan Porphyromonas gingivalis (P.gingivalis), yang merupakan jenis bakteri yang berkontribusi terhadap penyakit gusi dan halitosis.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah hasil penelitian berbasis laboratorium ini berlaku untuk lingkungan mulut manusia.

3. Minyak kayu manis

Sebuah studi laboratorium pada tahun 2017 menyelidiki efek minyak kayu manis pada bakteri S. moorei.

Minyak kayu manis menunjukkan efek antibakteri yang kuat terhadap S. moorei.

Minyak ini juga mengurangi kadar hidrogen sulfida VCS.

Para peneliti juga menemukan bahwa minyak kayu manis tidak menyebabkan kerusakan pada sel-sel gusi manusia.

Mereka menyimpulkan bahwa menambahkan minyak kayu manis ke produk kebersihan mulut dapat membantu mengendalikan halitosis.

Namun, penelitian lebih lanjut yang melibatkan peserta manusia diperlukan untuk mendukung klaim ini.

4. Yoghurt probiotik

Probiotik adalah bakteri hidup yang bermanfaat bagi kesehatan.

Makan makanan yang melapisi mulut dengan probiotik bisa membantu mengurangi kadar bakteri jahat di mulut sehingga dapat mengatasi bau mulut.

Semua yogurt mengandung probiotik karena bakteri ini diperlukan untuk mengubah susu menjadi yogurt.

Namun, yogurt probiotik memiliki tingkat bakteri menguntungkan yang lebih tinggi.

Sebuah studi tahun 2017 membandingkan efek yogurt probiotik dan permen karet xylitol pada jumlah bakteri Streptococcus mutans (S. mutans) dalam air liur.

Penelitian ini melibatkan 50 partisipan yang air liurnya menunjukkan kadar S. mutans yang tinggi.

Peneliti membagi peserta menjadi dua kelompok.

Satu kelompok makan 200 gram yogurt probiotik per hari sementara kelompok lain mengunyah dua permen karet xylitol tiga kali sehari setelah makan.

Peserta di kedua kelompok menunjukkan penurunan S. mutans dari hari pertama percobaan.

Pengurangan ini tertinggi selama minggu kedua pengobatan.

Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok.

Oleh karena itu, makan yogurt probiotik mungkin sama efektifnya dalam mencegah kerusakan gigi dan mengobati halitosis seperti mengunyah permen karet xylitol.

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cara Menjaga Mulut Tetap Segar Selama Puasa".

Berita Terkini