Ahli Epidemiologi Sarankan Perlu Langkah Setrategis Hadapi bahaya Varian Delta di Kalbar

Penulis: Muhammad Rokib
Editor: Try Juliansyah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua tim kajian Covid-19 sekaligus ahli epidemologi Poltekkes Kemenkes Pontianak, Dr. Malik Saepudin, SKM.,M.Kes.

Kedua, mendesak tindakan tegas dalam pelaksanaan prokes, diperioritaskan pada tindakan disiplin pada kalangan muda yang bergerak aktif dan abai prokes, sehingga sangat berisiko terhadap penyebaran masif varian Delta ini.

Maka perlu perhatian khsusus agar pengelola cafe dapat bekerja sama, yaitu dengan membatasi waktu buka Cafe, penerapan prokes ketat atau sementara waktu dihentikan untuk memutus mata rantai penularan virus Delta yang dibawa oleh para kalangan Muda, di seluruh wilayah terjangkit.

Mengingat sebagai sumber penular adalah pada usia muda yang pada umumnya abai prokes, maka secara khusus bisa menjadi alasan kuat sebaiknya menunda kegiatan tatap muka pada semua jenjang pendidikan di wilayah Kalbar yang akan dilaksanakan pada pekan depan di bulan Agustus 2021, sampai benar-benar kasus melandai sampai tingkat terendah.

Ketiga, pastikan penatalaksanan kasus di tempat isoman telah tepanatau dengan baik, mengingat tingginya klaster keluarga, jika perlu semua tempat isolasi mandiri untuk gejala ringan dan sedang harus terpusat disediakan oleh pemerintah daerah.

Ada kakawatiran rendahnya BOR ini, karena sebagian masyarakat melakukan isolasi mandiri di rumah, karena stigma dan pandangan yang salah akibat Haoks terhadap sistem pelayanan di Rumah Sakit, sehingga kasus dan kematian tidak tercatat dengan baik, ini tentu sangat serius dan berbahaya, bisa menjadi Bom waktu.

Olehh karenanya dengan Isoman tepusat (Isoter), maka dapat meminimalisir jumlah isoman yang dilakuan di rumah yang tidak terpantau, selain berkibat fatal/keterlambatan jika memburuk, juga menjadi sumber penular virus Delta bagi keluarga dan masyarakat sekitarnya.

Keempat, pastikan ada mekanisme pengawasan pintu masuk dan keluar Kalbar yang konsisten dan ketat, segala cara harus dilakukan untuk mengurangi mobiltas penduduk, selain konsistensi secara ketat pemberlakuan persyaratan test PCR dan sertifikat vaksin bagi para penumpang pesawat, laut darat antar provinsi atau antar negara.

Hal ini sejalan dengan pendapat para ahli yang menyatakan bahwa test PCR masih efektif untuk mendeteksi virus varian Delta.

Yang kelima, tindakan tegas yang lebih masif pada pelanggaran penggunaan masker yang baik. Satu hal yang tidak boleh ditinggalkan ketika prokes lemah/longgar dan peningkatan kasus varian baru meningkat, maka penggunaan masker standar (medis) harus dilakukan.

Sebagaimana rekomendasi WHO, efektifitas pencegahan dilakukan pd sumbernya, yaitu hidung dan mulut sebagai pintu utama keluar masuknya virus corana ke dalam tubuh, sehingga penggunakan masker adalah opsi pencegahan terakhir yang wajib dan terpenting diberlakukan.

Oleh karenanya WHO menyatakan bahwa harus ada tindakan tegas atau memaksa masyarakat menggunakan masker, jika suatu wilayah sedang terjadi penularan dan peningkatan kasus yang cepat, sementara tidak ada jaminan penduduk bisa berdisiplin menjaga jarak, tidak bekerumun dan tdk melakukan mobilitas.

Hal ini seperti yang sedang terjadi di sebagian besar wilayah perkotaan di Indonesia, termasuk di Provinsi Kalimantan Barat.

Semoga apa yang sedang dilakukan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota beserta jajarannya di Kalimantan Barat dapat dilaknsakan dengan baik, dan mendapat dukungan dan komitmen dari seluruh komponen warga Masyarakatnya, sehingga Pandemi Covid-19 berangsur-angsur dapat di atasi dengan baik. (*)

Berita Terkini