20 Contoh Pantun Palembang, Warisan Budaya yang Sarat Makna

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID-Salah satu kekayaan budaya yang masih lestari dalam kehidupan masyarakat Palembang adalah pantun. 

Pantun bukan sekadar bentuk hiburan, melainkan menjadi media komunikasi tradisional yang sarat makna dan mencerminkan nilai-nilai sosial masyarakat Melayu.

Pantun Palembang digunakan dalam berbagai konteks, mulai dari acara adat, pergaulan sehari-hari, hingga sebagai ungkapan cinta, nasihat, dan sindiran halus. 

Kekuatan pantun terletak pada gaya bahasanya yang indah, rima yang teratur, dan pesan yang tersirat di balik kata-katanya.

Seperti pantun Melayu lainnya, pantun Palembang terdiri dari empat baris dalam satu bait, dengan dua baris pertama sebagai sampiran dan dua baris berikutnya sebagai isi. Pola rima umumnya mengikuti format a-b-a-b.

Pantun Palembang terkenal dengan karakternya yang ekspesif dan pesan yang ditampilkan akan terdengar sangat bermakna serta berpadu dengan jenaka.

Pantun akan disampaikan secara lisan dalam sebuah acara pertemuan pada zaman dahulu.

• 32 Wisata Kuliner, Sekadau Jelajahi Rasa Temui Cerita dan Alamat Lengkap Tempat Makan Favorit Warga

Mengutip dari Jurnal Dakwah dan Kemasyarakatan, Rahmayanti, dkk. (113), Palembang  merupakan  salah satu etnis rumpun  Melayu  yang ada di Indonesia. 

Salah satu tradisi dari Melayu adalah pantun.  Dahulu pantun  digunakan  dalam percakapan sehari-hari.

Pantun memang berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat melayu, sehingga diharapkan pantun tidak punah dan dapat dilestarikan sampai kapan pun.

Beli ikan di Hilir Duo
Dapat asam kandis masihlah mudo
Kasihan nian nasib bujang tuo
Ingin gades dapatnyo jando

Gulo batok, dari Palembang
Manis nian, katek duonyo
Kelakar betok, itu khas Palembang
Menghibur hati, buat tertawo

Jalan jalan ke sungai batang
Jangan lupo bawak keranjang
Buat apo adek beli ke kakak barang
Kalu duetnyo boleh ngutang

Burung gagak makan itik
Makannyo di tengah kambang
Mangcik gagah bicik cantik
Itulah ciri wong Palembang

Pegi berlibur naik delman
Keliling kuto menjelang senjo
Jangan kamu mengaku teman
Kalau ado maunyo sajo