SAKSI KATA

DETIK-Detik Rio Fanderi Tergeletak dengan Hidung Berdarah di Lingkungan UKM IAIN Pontianak

Rio Fanderi diduga meninggal karena terbentur tiang di lingkungan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) kampusnya.

|
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Kolase/Istimewa/Tri Pandito
MAHASISWA IAIN MENINGGAL - Kolase foto mahasiswa IAIN Pontianak Rio Fanderi (24) yang mendapat perawatan intensif di RS Untan Pontianak sebelum dinyatakan meninggal pada Kamis 17 Juli (kiri) lalu foto Rio Fanderi (tengah) dan kondisi Halaman sekretariat Mapala Enggang Gading IAIN Pontianak yang telah diberi garis polisi. 

Namun semuanya sudah terlambat.

Rio dinyatakan meninggal pada Kamis 17 Juli 2025 sekitar pukul 14.25 WIB.

Komunikasi Terakhir Ibu dan Anak

Ibu Rio, Sri Azizah menceritakan kronologi komunikasi terakhirnya dengan sang anak sebelum tragedi itu terjadi.

"Terakhir Rio nelepon siang hari Kamis 10 Juli, setelah sidang skripsinya. Dia bilang, ‘Mamak, abang sudah sidang dan abang lulus.’ Saya jawab, ‘Alhamdulillah abang sayang, abang ganteng, abang pintar. Selamat ya, mamak sayang abang.’ Dia senang sekali," ujar Sri Azizah dengan suara terbata-bata bercerita kepada TribunPontianak.co.id, 

Menurutnya, saat itu Rio juga sempat bercanda menanyakan keberadaan neneknya yang akrab dipanggil "Ratu", serta mengatakan ingin pulang pada hari Senin setelah menyelesaikan revisi skripsinya.

"Dia bilang, nanti sekalian mau ke Sambas bawa teman dari Jakarta. Mau singgah ke rumah dulu, minta dimasakkan ayam. Dia bahkan sempat bercanda, ‘Kalau mamak gak ada duit, abang transfer ya," jelas Sri Azizah mengisahkan telfonan terakhir bersama anaknya.

Malam Penuh Pertanyaan! Detik Terakhir Rio Fanderi Mahasiswa IAIN Ditemukan Tergeletak di UKM Komsan

Namun harapan itu sirna ketika pada Minggu sore, keluarga mendapat kabar bahwa Rio dilarikan ke rumah sakit.

Kabar awal yang diterima menyebutkan bahwa Rio demam.

Tapi saat tiba di RS Untan Pontianak, Sri Azizah terkejut melihat kondisi anaknya.

“Pas saya lihat langsung, saya kaget, ini bukan demam biasa. Perawat minta scan kepala. Saya gak sanggup dengar penjelasan, pikiran saya sudah campur aduk,” kisahnya.

Menurut pihak rumah sakit, kondisi Rio saat itu sudah terlalu parah dan kemungkinan untuk sembuh sangat kecil.

“Saya sudah siap untuk memakamkan anak saya, tapi polisi datang menyarankan autopsi. Bapaknya dan pamannya juga minta agar dilakukan, karena mereka ingin tahu sebenarnya apa yang terjadi,” tutur Sri Azizah.

Pihak keluarga berharap penyelidikan dilakukan secara menyeluruh agar misteri di balik kematian Rio bisa terungkap.

“Anak saya setahu saya tidak punya musuh. Dia anak yang baik. Saya cuma ingin keadilan dan kebenaran,” ujar Sri Azizah.

Usai meninggal dunia, jasad Rio dilakukan outopsi di RS Bhayangkara untuk memudahkan penyelidikan pihak Kepolisian, karena dugaan kejanggalan ini telah dilaporkan pihak keluarga ke pihak berwajib.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved