Mahasiswa IAIN Meninggal

Mahasiswa IAIN Pontianak Meninggal, Saksi : Rio Sempat Berdarah dari Hidung

Doni saat itu sedang duduk di depan UKM Mapala Enggang Gading dan ikut masuk ke dalam ruangan UKM Komsan saat rekannya masuk. 

Penulis: Tri Pandito Wibowo | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/TRI PANDITO WIBOWO
MAHASISWA MENINGGAL - Kondisi kawasan komplek Unit Kegiatan Mahasiswa, di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Jalan W.R Supratman, Kota Pontianak, Senin, 21 Juli 2025. Tempat Kejadian Perkara (TKP) meninggalnya Rio Fanderi telah di Police Line oleh pihak Polisi. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Meninggalnya Rio Fanderi (24), mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak yang menimbulkan banyak pertanyaan dari berbagai pihak terutama keluarga.

Rekan sekaligus saksi mata, Doni Hariandi, menceritakan kronologi kejadian yang menimpa Rio Fanderi, peristiwa bermula pada Jumat, 11 Juli 2025, sekitar pukul 23.00 hingga tengah malam, saat ia bersama beberapa rekan lainnya, termasuk almarhum, sedang makan malam bersama di Halaman sekretariat Mapala Enggang Gading.

Doni saat itu sedang duduk di depan UKM Mapala Enggang Gading dan ikut masuk ke dalam ruangan UKM Komsan saat rekannya masuk. 

Sekitar pukul 01.00 dini hari, terdengar suara benturan keras seperti ada benda jatuh. Saat itu, almarhum berada sendirian di dalam ruangan UKM Komsan, terpisah dari rekan-rekan lainnya.

“Kami langsung panik, Bang. Kawan-kawan yang duduk diluar ruangan langsung bergegas masuk,” tutur Doni, kepada TribunPontianak.co.id, di Komplek UKM IAIN Pontianak, pada Senin, 21 Juli 2025.

Ia sendiri mendengar seperti barang jatuh langsung masuk. Saat itu, Doni melihat almarhum sudah terbaring di paha rekan lainnya dan korban sudah tergeletak dalam kondisi mengeluarkan darah dari hidung.

“Saya langsung ambil kain lap untuk bersihkan darah yang menetes di lantai. Tapi waktu itu dia masih buka mata, masih sadar,” ujarnya.

Ia menambahkan, darah yang keluar dari tubuh korban hanya tampak sekali, yakni sesaat setelah jatuh dan hanya dari hidung. Tidak ditemukan luka lain secara kasat mata. 

Selama korban beristirahat, tidak ada darah lagi yang keluar. Ia juga tidak sempat mengeluhkan apapun dan tidak diberi obat medis, hanya diberikan pertolongan awal seperti minyak kayu putih. 

Baca juga: Misteri Kematian Rio Fanderi , Antara Revisi Skripsi dan Takdir yang Tak Bisa Direvisi!

Saat pukul 09.00 Doni memindahkan Rio bersama rekan lainnya dari ruangan UKM Komsan ke UKM Mapala Enggang Gading untuk tidur.

Setelah itu, Doni pun meminta izin kepada rekan-rekannya untuk pergi karena ada pekerjaan ke Sambas. Ia meninggalkan sekretariat sekitar pukul 10.00 dan kembali sekitar pukul 17.00 pada 12 Juli 2025.

Menurut perkiraan Doni, korban mengalami insiden jatuh sekitar pukul 01.00 dini hari dan baru dibawa ke klinik sekitar pukul 16.05 WIB. Selama kurun waktu tersebut, korban lebih banyak dalam kondisi tidur, tanpa banyak interaksi atau keluhan.

Menurut kesaksian rekan lainnya, Doni menceritakan almarhum masih dalam posisi tidur. Bersama rekan-rekan lainnya, mereka mencoba membangunkan korban dengan membasahi wajah dan tubuhnya agar lebih segar. 

“Waktu dibangunkan, dia masih bisa berdiri dan berjalan, tapi sudah harus dipapah. Dia sempat duduk dan membuka mata, mengusap kepala, tapi tidak mengucapkan sepatah kata pun,” ujar Doni.

Melihat kondisinya tak kunjung membaik, para rekan sepakat membawa korban ke fasilitas kesehatan. Awalnya mereka berniat ke puskesmas terdekat, namun sempat bingung karena hari itu hari Sabtu dan khawatir puskesmas tutup. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved