Tangis Palsu Azis dan Luka Seorang Ibu, Ketika Cemburu Mengubah Anak Menjadi Pembunuh

“Pelaku merasa tidak disayang, merasa disisihkan dari keluarga. Ini diperparah dengan pertengkaran dua hari sebelum kejadian,” jelas Kapolres Joko.

Rasa cemburu yang tak pernah tersalurkan itulah yang perlahan berubah menjadi dendam. 

Hingga akhirnya, meledak menjadi aksi sadis yang merenggut nyawa orang yang telah melahirkannya.

Bagaimana Pelaku Berusaha Menutupi Kejahatannya?

Tangisan Palsu dan Akting Dingin di Depan Warga

Setelah membunuh, Azis kembali ke desa seperti tak terjadi apa-apa. 

Ketika warga menemukan Ratna dalam kondisi bersimbah darah dan tak bernyawa, Azis justru ikut mengantar jasad sang ibu ke puskesmas. 

Ia berpura-pura menangis, menunjukkan duka mendalam yang ternyata hanya sandiwara.

“Saat di puskesmas, pelaku pura-pura bersedih sambil melihat jenazah ibunya,” kata Kapolres.

Namun polisi tak tinggal diam. Kejanggalan pada sikap Azis membuat mereka menggali lebih dalam. 

Hasil pemeriksaan forensik dan penyelidikan lapangan akhirnya mengungkap: pelakunya adalah Azis sendiri.

Faktor Apa yang Membentuk Sosok Azis hingga Bisa Berbuat Keji?

Lingkungan Keluarga yang Retak dan Tekanan Sosial

Azis diketahui tidak memiliki pekerjaan tetap dan hidup dalam kondisi ekonomi sulit. 

Sejak perceraian orang tuanya, ia tinggal bersama ibunya, yang kemudian menikah lagi dan memiliki anak baru.