Berita Viral

Warisan Rp 227 Triliun untuk 100 Anak, Kisah Mengejutkan Bos Telegram Pavel Durov

Meski secara resmi ia memiliki enam anak dari tiga pasangan, Durov mengungkap bahwa sebagian besar keturunannya berasal dari donasi sperma yang ia lak

YouTube Kopi Update
WARISAN 100 ANAK - Foto ilustrasi hasil olah YouTube Kopi Update, Senin 23 Juni 2025, memperlihatkan keputusan mengejutkan datang dari Pavel Durov, pendiri aplikasi perpesanan Telegram, yang memilih untuk mewariskan seluruh kekayaannya senilai $13,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp227,8 triliun kepada lebih dari 100 anak biologisnya. Meski secara resmi ia memiliki enam anak dari tiga pasangan, Durov mengungkap bahwa sebagian besar keturunannya berasal dari donasi sperma yang ia lakukan 15 tahun lalu. 

Ia disebut tidak kooperatif dalam membantu penegak hukum memberantas konten seperti narkoba, pelecehan seksual anak, dan penipuan.

Namun, Durov membantah keras tuduhan tersebut.

“Hanya karena penjahat menggunakan layanan kami, bukan berarti kami adalah penjahat,” tegasnya.

Bagaimana Telegram Menanggapi Tuduhan Terkait Moderasi Konten?

Telegram mendapat sorotan karena dianggap lemah dalam memoderasi konten berbahaya, termasuk penyebaran propaganda ekstrem, pedofilia, hingga teori konspirasi.

Namun Durov dan timnya membela diri dengan merinci langkah-langkah yang telah dilakukan sejak 2018:

Penggunaan sidik jari digital untuk mendeteksi konten ilegal

  1. Tim moderasi khusus
  2. Jalur pengaduan dari LSM
  3. Laporan transparansi yang dapat diakses publik

“Telegram tidak mempromosikan konten melalui algoritma sensasional seperti platform lain,” kata juru bicara Telegram.

Telegram juga mengklaim memblokir puluhan ribu grup setiap hari dan menghapus jutaan konten yang melanggar aturan layanan.

Siapa Sebenarnya Pavel Durov?

Bagaimana Latar Belakang dan Perjalanan Karier Durov?

Lahir di Rusia, Durov kini berkewarganegaraan ganda: Prancis dan Uni Emirat Arab. 

Ia sebelumnya dikenal sebagai pendiri VKontakte, jejaring sosial populer di Rusia. 

Namun, pada 2014, ia hengkang karena menolak permintaan Kremlin untuk menyensor konten tertentu.

Setahun kemudian, ia meluncurkan Telegram yang kemudian menjadi platform komunikasi global dengan fokus pada enkripsi dan kebebasan berekspresi.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved