Berita Viral

Bocah SD Tewas Diduga Akibat Bully Kakak Kelas, Tubuh Lebam hingga Muntah Darah

Bocah berinisial C itu sempat tak masuk sekolah karena kondisi fisik yang memburuk, tubuhnya lebam dan muntah darah. 

Youtube Tribunnews
KORBAN BULLY - Foto ilustrasi hasil olah YouTube Tribunnews, Rabu 28 Mei 2025, memperlihatkan seorang siswa kelas 2 SD di Kabupaten Indragiri Hulu, Riau, meninggal dunia usai diduga mengalami perundungan dari kakak kelasnya. Bocah berinisial C itu sempat tak masuk sekolah karena kondisi fisik yang memburuk, tubuhnya lebam dan muntah darah. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Seorang siswa kelas 2 SD di Kabupaten Indragiri Hulu, Riau, meninggal dunia usai diduga mengalami perundungan dari kakak kelasnya. 

Bocah berinisial C itu sempat tak masuk sekolah karena kondisi fisik yang memburuk, tubuhnya lebam dan muntah darah. 

Sang ayah, Gimson Butar-butar, menyebut kejadian bermula pada 19 Mei 2025, namun ia baru mengetahui keesokan harinya. 

Mediasi sempat digelar pihak sekolah, dan beberapa siswa kelas 5 mengakui telah melakukan kekerasan terhadap C. 

Usai mediasi, kondisi korban terus memburuk hingga akhirnya meninggal pada 26 Mei 2025 dini hari setelah dirawat di RSUD Indrasari Rengat. 

Kini pihak keluarga melaporkan insiden ini ke kepolisian dan otopsi tengah dilakukan tim forensik Polda Riau. 

Kasus ini menyoroti kembali lemahnya deteksi dan penanganan perundungan di lingkungan sekolah dasar.

[Cek Berita dan informasi berita viral KLIK DISINI]

Apa Kronologi Dugaan Perundungan yang Dialami Korban?

Kapan dan Bagaimana Dugaan Bullying Terjadi?

Menurut keterangan ayah korban, Gimson Butar-butar, dugaan perundungan terhadap anaknya terjadi pada Senin, 19 Mei 2025. 

Namun, ia baru mengetahui peristiwa tersebut keesokan harinya, pada Selasa, 20 Mei 2025, saat melihat kondisi fisik sang anak yang dipenuhi luka lebam.

“Kejadian itu hari Senin, tapi saya baru tahunya hari Selasa,” ujar Gimson.

Gimson menyebutkan bahwa anaknya mengeluh sakit dan tidak masuk sekolah beberapa hari setelah kejadian. 

Yang paling mengkhawatirkan, C bahkan sempat muntah darah.

Apa Respons Awal Orang Tua dan Sekolah?

Melihat kondisi sang anak yang semakin memburuk, Gimson mendatangi pihak sekolah untuk menyampaikan keluhan dan meminta klarifikasi. 

Pihak sekolah kemudian menggelar mediasi pada Rabu malam, 21 Mei 2025, yang turut dihadiri oleh empat siswa kelas 5 yang diduga menjadi pelaku.

“Mereka mengaku bahwa mereka yang memukul anak saya,” tutur Gimson dalam keterangannya.

Namun, usai mediasi, kondisi C tidak kunjung membaik. 

Ia terus mengeluh kesakitan hingga akhirnya dibawa ke klinik pada Minggu, 25 Mei 2025. 

Sayangnya, upaya perawatan medis tidak mampu menyelamatkannya. 

C meninggal dunia pada Senin dini hari, 26 Mei 2025, di RSUD Indrasari Rengat.

Apa Tanggapan Pihak Sekolah Terkait Kasus Ini?

Kapan Sekolah Mengaku Mengetahui Kejadian?

Kepala sekolah berinisial S menyampaikan bahwa dirinya baru menerima laporan dari orang tua korban pada Jumat, 23 Mei 2025. 

Ia langsung memanggil tiga siswa yang disebut terlibat dalam aksi kekerasan terhadap C.

“Saya sudah panggil tiga siswa yang kemarin disebut melakukan perundungan. Mereka akui kejadiannya udah lama sebelum tanggal 5 Mei 2025,” terang S.

Bagaimana Detail Pengakuan Para Siswa Terduga Pelaku?

S menyebutkan bahwa pengakuan ketiga siswa menunjukkan bahwa tindakan perundungan tidak terjadi secara bersamaan. 

Ada yang memukul tangan, ada yang memukul punggung. Tidak ada yang mengakui memukul bagian perut.

“Mereka bilang bukan satu hari sekaligus, tapi beda-beda harinya,” kata S lagi.

Pihak sekolah juga menyatakan bahwa korban tidak pernah melapor ke wali kelas atau guru tentang kekerasan yang dialaminya. 

Namun belakangan korban tercatat sering absen dari sekolah.

Bagaimana Proses Hukum dan Otopsi Korban Berlangsung?

Apakah Keluarga Melaporkan ke Polisi?

Ya. Pihak keluarga menyatakan telah resmi melaporkan dugaan perundungan tersebut ke pihak Kepolisian Resor Indragiri Hulu. 

Laporan itu bertujuan untuk mengungkap secara terang benderang penyebab kematian anak mereka dan siapa yang harus bertanggung jawab.

Apakah Korban Sudah Diotopsi?

Pada Senin sore, 26 Mei 2025, tim forensik Polda Riau melakukan proses otopsi terhadap jenazah korban di RSUD Indrasari Rengat. 

Proses ini dilakukan guna memastikan penyebab pasti kematian dan mendalami apakah ada unsur kekerasan yang menjadi penyebab fatal.

Pantauan wartawan, keluarga korban menunggu di luar ruang forensik saat proses otopsi berlangsung.

Apa Dampak Kasus Ini bagi Dunia Pendidikan?

Tragedi ini menjadi alarm serius bagi lingkungan sekolah, khususnya dalam pengawasan perilaku antarsiswa. 

Kasus ini memperlihatkan bahwa perundungan, bahkan di tingkat sekolah dasar, bisa berujung fatal jika tidak segera ditangani.

Perlukah Sistem Pencegahan Bullying Diperkuat?

Ya. Kasus ini menggarisbawahi pentingnya sistem deteksi dini dan penanganan kasus kekerasan di sekolah. 

Pelaporan siswa, keterlibatan orang tua, dan respons cepat dari pihak sekolah merupakan elemen penting yang harus diperkuat.

Kematian C di usia yang begitu muda seharusnya menjadi titik balik untuk seluruh pemangku kepentingan pendidikan agar menciptakan lingkungan sekolah yang aman, suportif, dan bebas dari segala bentuk kekerasan.

(*)

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Bocah SD Inhu Jadi Korban Bully hingga Meninggal, Sang Ayah Lapor Polisi: Anak Saya Muntah Darah

• Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
• Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved