Usai Penyeberangan Tak Beroperasi, Penambang Sampan Menuntut Kompensasi

Menurutnya, kondisi yang dihadapi para penambang sangat sulit karena tak ada pendapatan lain setelah penyeberangan berhenti. 

Penulis: Imam Maksum | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Imam Maksum
RAPAT DENGAR PENDAPAT - Puluhan penambang sampan motor Penyeberangan Tebas Kuala- Perigi Piyai menyampaikan aspirasi ke anggota dewan. Mereka rapat dengar pendapat mengenai hilangnya pekerjaan dan meminta kompensasi kepada Pemda Sambas, Senin 17 Maret 2025. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Ratusan penambang sampan motor Tebas Kuala-Perigi Piyai Kabupaten Sambas, Kalbar meminta kompensasi hilangnya pencaharian mereka usai diresmikan Jembatan Sungai Sambas Besar (JSSB), Senin 17 Maret 2025.

Para penambang sampan mendatangi DPRD Kabupaten Sambas untuk meminta anggota dewan mendengar aspirasi mereka. Mereka merasa kesulitan usai tak lagi bekerja sebagai penambang sampan penyeberangan.

Koordinator penambang sampan Ilham mengatakan, hadirnya mereka ke Kantor DPRD Sambas agar dewan menyerap aspirasi penambang sampan Tebas Kuala-Perigi Piyai.

“Kami datang ke DPRD Sambas untuk menyampaikan aspirasi kami terkait penambang motor air di lintasan Tebas Kuala-Perigi Piyai yang terdampak JSSB,” ungkap Ilham.

Ilham menjelaskan, sejak diresmikan JSSB penyeberangan mendadak sepi membuat aktivitas penambang penyeberangan terhenti.

“Sehingga kami hari ini tidak bisa bekerja, kami memohon kepada pemda dalam hal ini kepada Bupati melalui Dishub memohon minta bantuan dana kompensasi,” jelasnya.

Menurutnya, kondisi yang dihadapi para penambang sangat sulit karena tak ada pendapatan lain setelah penyeberangan berhenti. 

“Agar supaya kami dapat mencari pekerjaan lain sebagai penggantinya. Karena selama ini kami tidak bisa bekerja tak punya penghasilan apa apa,” ungkapnya.

Dia menyebut kehadiran JSSB setelah diresmikan membuat pendapatan hilang. Istri dan anak di rumah mereka bergantung nasib dari hasil tambang.

“Dulunya kami bisa memberi makan anak dan istri kami bahkan sampai menyekolahkan anak dengan dioperasikannya JSSB kami tidak bisa sama sekali menghasilkan duit,” ujarnya.

Dia bilang, total 131 orang merasakan dampak serius akibat berhentinya operasional penyeberangan Kuala Tebas-Perigi Piyai.

Baca juga: Kabupaten Sambas Terbanyak Terima Bantuan Alsintan, Target Garap 15 Ribu Hektar Oplah

Jumlah itu terdiri dari 61 pemilik perahu berizin, 6 buruh, dan 3 penjaga tiket serta penjaga pos.

“Pemilik perahu ada 61 orang yang punya izin lintasan. Kemudian kami terbagi dua sif, malam dan siang. Kemudian ada buruh yang dipekerjakan sebanyak 6 orang dan pekerja tiket dan pos 3 orang,” tuturnya.

“Jadi jumlahnya 131 orang sangat terdampak semuanya. Jumlah yang bekerja di sana,” imbuhnya. (*)

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved