Dipicu Kelompok LSL, Dinkes Kalbar Catat 1.488 Temuan Kasus HIV/AIDS Sampai Akhir Tahun 2023

Itulah sebabnya persentase temuan HIV tertinggi terjadi pada kelompok LSL (Lelaki Sex Lelaki) yaitu 27.4 persen.

Penulis: Anggita Putri | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Ferryanto
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar dr. Erna Yulianti 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK – Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat mencatat ada 1.488 kasus HIV/AIDS sampai dengan akhir tahun 2023.

Angka tersebut, menjadi temuan tertinggi yang terjadi di wilayah Kalbar, dari jumlah tersebut, Kota Pontianak menjadi wilayah dengan temuan (HIV/AIDS) tertinggi, dengan catatan 454 kasus.

“1.488 merupakan jumlah total temuan kasus HIV/AIDS sampai dengan tahun 2023. Sedangkan untuk kasus yang terjadi di tahun lalu (2023), kita mencatat ada 75 temuan kasus,” jelas Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, dr. Erna Yulianti saat dikonfirmasi, Rabu 28 Februari 2024.

Untuk temuan kasus HIV baru, dikatakan dr. Erna bahwa hal ini didapat setelah pihaknya melakukan peningkatan skrining HIV dengan sasaran kelompok berisiko tinggi.

“Untuk tahun 2023 ini ada 7 kabupaten/kota di Kalbar yang rutin melakukan Mobile Clinic dengan petugas penyedia layanan tes HIV untuk menjangkau populasi berisiko sebanyak 5 kali sebulan,” ungkapnya.

Baca juga: Windy Prihastari Promosikan Produk Fashion dan Kriya Khas Kalbar ke Presiden Jokowi dan Ibu Negara

Sementara jika ditinjau dari rentang umur, tercatat usia yang paling rentan tertulan virus HIV/AIDS di Kalimantan Barat diantara 25-29 tahun, dengan persentase 24 persen.

Kemudian, usia 30-34 tahun dengan persentase 21 persen, usia 20-24 tahun mencapai 17 persen, dan 35-39 tahun berjumlah 16,5 persen.

“Dari data tersebut, bisa dikatakan mereka yang berada di usia produktif lebih rentan terpapar HIV/AIDS,” ucapnya.

dr. Erna juga membeberkan munculnya kasus HIV di Kalimantan Barat bisa terjadi dikarenakan beberapa faktor.

Seperti orang yang positif HIV tidak patuh dalam melakukan pengobatan, dan bahkan ada yang tidak bersedia melakukan pengobatan sehingga jumlah virus HIV dalam darahnya masih belum tersupresi.

Hal ini yang kemudian menyebabkan terjadinya penularan ke orang lain, terutama ketika mereka yang mengidap HIV melakukan hubungan seksual tanpa alat kontrasepsi.

“Secara umum. pola penyebaran HIV juga bisa ditularkan dari penggunaan jarum suntik bersama, kontaminasi transfusi darah, dari hubungan seksual serta penularan ibu ke anak,” ungkapnya.

“Dari ketiga pola ini, khusus untuk Provinsi Kalimantan barat pola penyebaran yang tertinggi adalah hubungan seksual, terutama hubungan seksual melalui anal (anus). Itulah sebabnya persentase temuan HIV tertinggi terjadi pada kelompok LSL (Lelaki Sex Lelaki) yaitu 27.4 persen dan Pelanggan pekerja sex juga memiliki persentase yang cukup tinggi yaitu 14.5 persen,” timpalnya.

Disisi lain, dokter jebolan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini juga memastikan pihaknya bakal menggalakkan upaya skrining HIV pada kelompok berisiko guna menemukan sebanyak-banyaknya kasus (HIV), agar tidak menyebar ke orang lain.

Selain itu, peningkatan layanan PrEP (Pre-Exposure Profilaksis) juga akan diberlakukan, dengan tujuan untuk melindungi kelompok berisiko tinggi dari penularan HIV.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved