Breaking News

Berita Viral

Penyebab Jumlah Penumpang Kereta Cepat Whoosh Belum Capai Target

Penyebab mengapa jumlah penumpang kereta cepat Whoosh hingga saaat ini belum mencapai target yang ditentukan pemerintah.

Editor: Rizky Zulham
KOMPAS.com/Isna Rifka Sri Rahayu
Penyebab Jumlah Penumpang Kereta Cepat Whoosh Belum Capai Target. 

Ini karena pesaing paling sengit Kereta Cepat Whoosh sejatinya adalah jalan tol (kendaraan pribadi) dan angkutan travel yang menawarkan keunggulan tarif lebih murah dan tujuan yang lebih dekat, terutama di kawasan dalam Kota Bandung.

"Tak hanya Gopar (Argo Parahyangan) saja yang sekarang (sebagian keretanya) dipakai untuk perpanjangan sampai Banjar (KA Pangandaran) dan Garut (KA Papandayan), tapi juga bersaing dengan travel dan jalan tol," ucap Djoko.

"Travel Jakarta-Bandung ini banyak sekali, banyak sekali yang sampai pusat kota, dan banyak perusahaan travel ini setiap 1 jam pasti ada (yang berangkat dari Jakarta ke Bandung). Terlebih travel juga beroperasi 24 jam," kata dia lagi.

Untuk diketahui saja, KCIC sebagai operator Kereta Cepat Whoosh masih menerapkan tarif diskon.

Pada awalnya sesuai keekonomian dan pengembalian investasi, tarif termurah ditetapkan sebesar Rp 300.000, namun guna menarik antusias masyarakat, diberlakukan tarif promo diskon 50 persen sebesar Rp 150.000 hingga akhir November 2023.

Per Desember 2023, tarif promo mengalami mengalami penyesuaian menjadi Rp 200.000 untuk tarif termurahnya.

Belakangan, KCIC kini mulai menerapkan skema tarif dinamis (dynamic pricing) alias harga tiket bisa naik turun menyesuaikan dengan kondisi.

Sebagai gambaran saja, saat musim liburan Natal dan Tahun Baru 2024 (Nataru), KCIC merilis jumlah penumpang tertinggi Whoosh terjadi pada 26 Desember 2023 dengan jumlah sebanyak 21.188 penumpang.

Penjelasan KCIC

Rekor okupansi tertinggi ini masih jauh di bawah target 30.000 penumpang per hari.

Penjelasan KCIC Sementara itu General Manager Corporate Secretary PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Eva Chairunisa, menjelaskan tidak ada kaitan antara pengurangan frekuensi Argo Parahyangan dengan upaya mendongkrak jumlah penumpang Whoosh.

Eva bilang, banyak penumpang Kereta Cepat Whoosh berasal dari masyarakat yang selama ini adalah pengguna kendaraan pribadi dalam melakukan perjalanan dari Bandung ke Jakarta atau sebaliknya.

"Melalui survei random penumpang Whoosh di Stasiun Halim 48 persen itu merupakan penumpang yang sebelumnya menggunakan kendaraan pribadi," ujar Eva.

Mengenai jumlah penumpang Kereta Cepat Whoosh yang disebut berkurang, Eva menjelaskan, tingkat keterisian tempat duduk atau okupansi Whoosh memang tidak selalu di angka 100 persen.

Adapun saat ini, dia mengklaim tingkat okupansi Whoosh masih di atas 50 persen yaitu sekitar 60-70 persen di hari kerja.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved