Harisson & Windy Kenakan Baju Tenun Ikat Sintang Motif Pupuk Berapung di Momentum HUT ke-67 Pemprov

“Jadi motif pupuk berapung ini mengingatkan kita untuk berhati-hati, jika melalui lintasan air yang ada pusarannya. Dan motif ini juga menggambarkan k

Penulis: Anggita Putri | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/FILE
Penjabat Gubernur Kalbar Harisson dan Pj Ketua TP PKK Provinsi Windy Prihastari tampak mengenakan Baju Tenun Ikat Sintang dengan Pewarna Alam, pada Puncak Hari Ulang Tahun (HUT) ke-67, Senin 29 Januari 2024. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Penjabat Gubernur Kalbar Harisson dan Pj Ketua TP PKK Provinsi Windy Prihastari tampak mengenakan Baju Tenun Ikat Sintang dengan Pewarna Alam, pada Puncak Hari Ulang Tahun (HUT) ke-67, Senin 29 Januari 2024.

Baju Tenun Sintang yang dikenakan Harisson dan Windy ini menggunakan bahan katun, dengan motif pupuk berapung. Dan pewarnaan yang digunakan adalah menggunakan Engkerebang (Psychotria megacoma).

Motif pupuk berapung pada kain Tenun Ikat Sintang dengan pewarna alam ini mempunyai filosofi tersendiri.

Motif berapung adalah Motif kain yang menggambarkan pusaran air yang sangat deras, buih putihnya sangat menarik, tetapi sangat berbahaya bagi manusia yang sedang melakukan perjalanan hilir mudik melalui jalur air.

“Jadi motif pupuk berapung ini mengingatkan kita untuk berhati-hati, jika melalui lintasan air yang ada pusarannya. Dan motif ini juga menggambarkan kehidupan yang tenang,dan damai. Walaupun keadaan pasang surut,” jelas Windy.

Bupati Mempawah Erlina Ucapkan Selamat dan Sukses Peringatan HUT ke-67 Pemprov Kalbar

Windy menjelaskan proses pembuatan kain pantang, yang merupakan sebutan bagi masyarakat suku Dayak Desa terutama ibu-ibu pengrajin untuk menyebutkan Tenun Ikat Dayak yang ada di Kabupaten Sintang

Windy menjelaskan beberapa proses yang dilakukan dalam pembuatan kain tenun tersebut, dengan istilah bahasa daerah dan artinya.

Dimulai dari tahapan Ngeluayan merapikan benang,sekaligus milang benang (penghitungan benang), ngerap (memasang kerap), masang pelungan, negi (memasang pembatas pada benang), nikai (mengikat benang), nyimpan benang ke tangga, nyaum (menyatukan dengan benang dari atas bawah ke atas), ngaling benang (membuat benang agar bisa diikat), ngebat (proses mengikat motif), nyelup (proses pewarnaan).

Lanjut pada tahap pencelupan dan penjemuran, ngetas tampuk (membuka ikatan motif), ngerambai (membuka motif setelah diwarnai), mantang (menenun), jahit kumbuk puak dan mulas atau milin kain.

“Proses tersebut bisa memakan waktu dua sampi tiga bulan. Tergantung besar kecil ukuran, kesulitan pembuatan motif,dan berapa kali proses pembuatan warna,” ujar Windy.

Windy menyampaikan berbagai momentum bisa digunakan sebagai upaya melakukan promosi kekayaan di daerah. Diantaranya mempromosikan Wastra Khas Kalimantan Barat diberbagai event atau acara daerah, hingga ke tingkat nasional.

Hal ini, sebagai upaya untuk terus mendorong agar produk khas lokal Kalbar bisa terus dikenal di luar Kalbar. Bahkan bisa diterima dan diminati dipasaran.

“Jadi baju yang saya kenakan hari ini menggunakan bahan Kain Tenun Sintang dengan motif berapung. Hasil baju yang saya pakai adalah hasil karya dari Desainer Lokal Kalbar yakni Hamisah,” ujar Windy.

Bahkan karya dari Hamisah ini juga sudah dikenal di luar Kalbar. Dengan berbagai permintaan model desain pakaian , yang telah ia ciptakan. (*)

Dapatkan Informasi Terkini dari Tribun Pontianak via SW DI SINI

Ikuti Terus Berita Terupdate Seputar Kalbar Hari Ini Di sini

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved