PLTN Pertama di Indonesia

Pj Gubernur Kalbar Sebut Teknologi Nuklir Cukup Aman, Walhi: Perlu Diluruskan

Adam juga memberikan perumpamaan karena menyamakan penggunaan energi nuklir untuk medis dengan wacana pendirian PLTN ibarat dua sisi mata uang.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Kompas.com
Ilustrasi PLTN. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Pj Gubernur Kalimantan Barat, Harisson sempat mengatakan Pemerintah Provinsi Kalbar akan siap memfasilitasi terkait pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), namun akan dilakukan pengkajian kembali terkait dampak lingkungan yang mungkin saja terjadi.

Selain itu, Harisson juga menyebut teknologi nuklir sendiri sebenarnya sudah cukup aman dan sudah dicoba untuk alat-alat diagnostik kedokteran di rumah sakit.

Menanggapi pernyataan tersebut, Kadiv Kajian dan Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalbar, Hendrikus Adam angkat bicara dan menyebutkan pernyataan tersebut perlu diluruskan.

"Pernyataan Pj Gubernur Kalbar, 6 hari seusai dilantik yang secara substansi mau mengatakan bahwa penggunaan teknologi nuklir sudah cukup aman sebagaimana penggunaan alat diagnostik kedokteran yang digunakan di rumah sakit mengandung sesat pikir yang perlu diluruskan," katanya kepada TribunPontianak.co.id, Jumat 15 September 2023.

Adam juga memberikan perumpamaan karena menyamakan penggunaan energi nuklir untuk medis dengan wacana pendirian PLTN ibarat dua sisi mata uang, serupa tapi secara substansi berbeda. 

"Bapak Pj Gubernur terlihat ngegas entah apa motifnya, baru 6 hari seusai dilantik lantas buka suara soal dukungan terhadap PLTN di Kalbar," ungkap Adam.

Wacana Pembangunan PLTN di Bengkayang, Walhi Kalbar Nilai Potensi Resiko Harus Jadi Perhatian

Lebih lanjut Adam menjelaskan seperti halnya makanan, sumber energi nuklir berbahan uranium bukan satu-satunya pilihan menu santapan yang mau tidak mau harus dinikmati. 

"Ibaratkan ada banyak pilihan makanan yang lebih prioritas, lebih baik, aman, sehat dan berkelanjutan dari alam yang perlu dikelola dan optimalkan," katanya.

Karenanya, dijelaskan Adam PLTN mestinya bukan pilihan mendesak di tengah alpanya upaya untuk mengoptimalkan sumber energi terbarukan yang melimpah. 

"Anehnya, alih-alih akan mengoptimalkan potensi energi terbarukan, bahan mentah sumber energi listrik seperti batubara misalnya, lebih banyak yang diekspor ketimbang dipakai sendiri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri," ungkapnya. 

"Sehingga tidak heran bila industri keruk sumberdaya alam terus terjadi yang diiringi dengan potensi risiko sosial dan lingkungannya yang kerap tidak diperhitungkan," tambahnya.

Pengamat Apresiasi Langkah Awal Pj Gubernur Kalbar soal Rencana Pembangunan PLTN Pertama

Di sisi lain, ia juga menyebutkan soal rencana pembangunan Nuclear Small Modular Reactor di Bengkayang justru mengingatkan pada pendapat pakar Nuklir Indonesia, Dr, Iwan Kurniawan yang mengatakan bahwa PLTN sangat berbahaya dan teknologi ini tidak mungkin dianggap main-main karena penggunaan energi ini bukan alih teknologi, namun lebih berorientasi proyek. 

Namun demikian, ia juga mengaku sebagai sebuah proses penerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, studi mengenai nuklir suatu hal yang sah-sah saja. 

"Tapi apabila kita ikuti dinamika dan prosesnya, maka studi pengembangan nuklir SMR terkesan aneh dan lebih berorientasi proyek sebab jauh sebelum ini juga pernah dilakukan studi di daerah yang sama terkait dengan rencana pendirian tapak PLTN," tutur Adam.

Dirinya juga menilai, jika pembiayaan yang digunakan selama ini untuk proses pendirian PLTN digunakan untuk membangun dan memfasilitasi penggunaan energi terbarukan tentulah jauh lebih berguna dan bisa langsung dirasakan warga yang memerlukan.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved