Kisah Tukang Sol Sepatu, Mengadu Nasib Dari Padang ke Pontianak

Memasuki usia kurang lebih 50 tahun, semangat Doni mengais rezeki menjadi tukang sol sepatu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Jovanka Mayank Candri
Doni, pria asal Padang yang merantau ke Pontianak untuk mengadu nasib. Keahlian yang ia miliki membuatnya mencoba untuk mencari peruntungan dengan membuka jasa sol sepatu di Pontianak./Jovanka MC. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Bagian pada sol sepatu dan sendal menjadi bagian yang paling sering rusak karena sering terkena gesekan.

Tidak hanya karena gesekan, bagian sol juga terkadang rusak karena diakibatkan oleh seringnya terkena air sehingga lem pada sol rentan lepas.

Sebelum terjadi kerusakan pada sepatu, alangkah baiknya jika kita mencegahnya dengan menjahit ulang sol sepatu kesayangan agar sepatu atau sendal bisa lebih kuat dan awet untuk pemakaian yang lebih lama.

Sudah 2 tahun berprofesi sebagai tukang sol sepatu di Kota Pontianak, Doni membagikan kisahnya menjadi tukang sol sepatu.

Sebelum membuka jasa sol sepatu, ia sempat bekerja serabutan dan menjadi pedagang bumbu dapur di Pasar Kemuning.

Baca juga: Kepala BKPSDM Pontianak Sambut Baik Wacana Kenaikan Pangkat Enam Kali Setahun bagi ASN

Pria asli Padang ini merantau ke Pontianak sudah selama 8 tahun lamanya. Keterampilan dan kelihaian tangannya menjahit sol sepatu merupakan hasil belajar dari sang paman.

Memasuki usia kurang lebih 50 tahun, semangat Doni mengais rezeki menjadi tukang sol sepatu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Dibekali dengan alat-alat sol seperti gunting, pensil, lem, sabun, jarum, dan benang sol, ia membuat sepatu yang telah disol akan kembali seperti semula dan pinjakannya tidak mudah lepas.

"Awal mula belajar menjahit sepatu dari Pakcik saya di Padang. Saya diajak teman saya untuk merantau ke Pontianak untuk mengadu nasib mencari rezeki, dengan keahlian yang saya miliki, saya coba untuk membuka jasa sol sepatu disini," ungkapnya kepada Tribun Pontianak, Selasa 13 Juni 2023.

Suka duka pun ia lewati, Doni mengatakan, tidak sedikit orang yang tak mengambil kembali sepatu ataupun sendal yang mereka titipkan.

"Banyak orang yang tidak ambil sepatu atau sendal mereka, kadang ada yang 3 hari, seminggu, sebulan bahkan ada yang tidak ambil sama sekali, entah mereka lupa atau memang sengaja meninggalkan, saya juga tidak tahu," ucapnya sembari tertawa.

Untuk tarif sol sepatu pun bervasiasi, tergantung dari jenis sepatu, untuk sepatu biasa dikenakan sebesar Rp. 20.000 hingga Rp. 25.000, sepatu bola Rp. 30.000 dan sandal Rp. 15.000.

Penghasilan yang diraup oleh Doni dari sol sepatu tidak menentu.

Dalam sehari, ia mampu mengerjakan 5 sampai 6 sepatu milik pengunjung dengan durasi pengerjaan kurang lebih 1 jam untuk sepasang sepatu.

"Untuk pendapatan tidak menentu, kadang ramai, kadang sepi. Setidaknya, sehari kadang ada 5 sepatu yang dititipkan untuk di sol, karena pengesol yang juga lumayan ramai kan disini, jadi ya saling berbagi rezeki lah," ungkapnya.

Lapak sol sepatu sederhana miliknya "Sol Sepatu Askiya" buka dari pukul 09.00 WIB - 17.00 WIB. Terletak di Jalan Prof M Yamin, depan Pasar Kemuning Pontianak. (*)

Wagub Ria Norsan Susun Program Desa Zero Stunting di Kalbar

Ikuti Terus Berita Terupdate Seputar Kalbar Hari Ini Di sini

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved