IDUL FITRI

Beda Metode Hisab dan Rukyatul Hilal Untuk Menetapkan 1 Syawal Lebaran Idul Fitri 1444 H / 2023

Sementara yang lainnya termasuk pemerintah menggunakan rukyat melihat hilal langsung yang ditentukan dengan hasil sidang isbat.

Penulis: Madrosid | Editor: Madrosid
tim pemantau hilal/Tribunpontianak
Tim pemantau hilal di Indonesia dalam rukyatul hilal. Dilakukan dalam sejumlah titik di Indonesia 

Rukyatul hilal biasanya dilakukan untuk menentukan awal bulan Dzulhijjah, Ramadhan, dan Syawal.

Dalam melakukan pemantauan, Kementerian Agama bekerjasama dengan organisasi masyarakat (ormas) Islam, pakar BMKG, pakar LAPAN, dan pondok pesantren sudah melakukan perhitungan di daerahnya.

Dilakukan di 86 titik yang terdapat di 34 propinsi di Indonesia.

Rukyatul hilal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya 'salah lihat'. Sebab, jika tinggi hilal berada di bawah 2 atau 4 derajat, maka kemungkinan obyek yang dilihat bukan hilal, melainkan bintang, lampu kapal, atau obyek lainnya.

Hilal bisa dilihat dengan ketinggian minimal 2 derajat, elongasi (jarak sudut matahari-bulan) 3 derajat, dan umur minimal 8 jam saat ijtimak.

Pemantauan hilal Ramadhan biasanya dilakukan pada tanggal 29 bulan Syakban. Apabila hilal terlihat dengan beberapa ketentuan di atas, maka bulan Syaban dicukupkan 29 hari.

Setelah mendapatkan hasilnya dari rukyatul hilal maka dilakukan sidang isbat dari hasil yang didapat, jika ada perbedaan dalam rukyat maka diambil kesepatakan.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved