Semangat Warga Pontianak Menyiapkan Meriam Karbit Jelang Festival di Malam Lebaran
Bermain meriam karbit sudah menjadi bagian kehidupan warga sekitar tepian Sungai Kapuas terutama saat menyambut lebaran.
Penulis: Jovanka Mayank Candri | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Meriam Karbit adalah permainan tradisional yang sudah menjadi tradisi saat bulan Ramadan dan menyambut Idul Fitri di Kalimantan Barat.
Sebanyak 180 meriam karbit yang nantinya akan berjejer di sepanjang bentang Sungai Kapuas dengan berbagai ukuran, warna dan dihiasi dengan berbagai ornamen.
Menjelang festival meriam karbit yang akan dilaksanakan pada malam takbiran mendatang, beberapa warga di sekitar Gang Kuantan, Pontianak Selatan, terlihat semangat bergotong royong membuat meriam karbit.
Diakui warga sekitar, proses pembuatan meriam dimulai dari hari pertama Ramadhan. Beberapa warga menguliti balok kayu yang dibagi menjadi dua, yang kemudian nantinya akan disatukan kembali dengan dililit erat menggunakan rotan.
Baca juga: Siap-siap! 180 Meriam Karbit Akan Getarkan Kota Pontianak di Malam Takbiran
Balok kayu yang sudah dililit erat dengan rotan nantinya akan di hias sedemikian rupa agar terlihat menarik saat ditampilkan di Festival mendatang.
Meriam tersebut terbuat dari kayu mabang atau meranti dengan ukuran diameter antara 40 - 80 centimeter dan panjang kisaran 4 hingga 6 meter.
Dentuman meriam yang menggelegar itu dihasilkan dari karbit sebagai bahan bakarnya.
Untuk menghasilkan bunyi yang besar, idealnya sebuah meriam membutuhkan bahan bakar karbit sebanyak 1 drum atau 100 kilogram karbit yang akan digunakan oleh masing-masing kelompok.
Ketua Forum Komunikasi Meriam Karbit Kota Pontianak Fajriudin Ansari menyampaikan bahwa terdapat pula beberapa kendala dari para kelompok dalam menyiapkan meriam karbit tahun ini yakni susahnya mendapatkan balok kayu dan tingginya harga karbit.
"Hal ini yang terkadang banyak dikeluhkan oleh kawan-kawan, maka dari itu harapan mereka agar ada campur tangan dari pemerintah untuk memberikan subsidi untuk membantu pembelian karbit ini," ujarnya.
"Sekarang harga balok kayu kurang lebih Rp. 6000.000, harga karbit Rp. 4.300.000 untuk ukuran satu drum dengan isi 100 kilogram, hal ini yang sebenarnya memberatkan beberapa para kelompok," lanjutnya.
Bermain meriam karbit sudah menjadi bagian kehidupan warga sekitar tepian Sungai Kapuas terutama saat menyambut lebaran.
Semangat dan antusias warga tahun ini terlihat tinggi karena festival meriam karbit ini sempat terhenti selama 3 tahun dikarenakan pandemi.
"Tahun ini diadakan kembali festival setelah 3 tahun terhenti, semangat warga besar sekali, apalagi nanti hadiahnya besar," pungkasnya. (*)
• Pecinta Layang-layang Pinta Pemkot Ponrianak Fasilitasi Penyelenggaraan Festival
Cek berita dan artikel mudah diakses di Google News
Pedagang di Pasar Flamboyan Sebut Stok Beras Stabil, Harga Berpotensi Naik ke Depannya |
![]() |
---|
Pengunjung Apresiasi Ponti Lite Fest 2025 |
![]() |
---|
Gerakan Siklus Bijak Ajak Masyarakat Bijak Kelola Buku dan Barang Layak Pakai |
![]() |
---|
Ponti Lite Fest 2025 Hadirkan Pesta Literasi di Bumi Khatulistiwa |
![]() |
---|
Bebby Nailufa: Pemerintah Harus Mampu Tangani Permasalahan Anak Jangan Hanya Seremonial Saja |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.