Lokal Populer
BPS Rilis Nilai Ekspor Kalbar dan Inflasi Gabungan Tiga Kota
jika dibandingkan periode Januari - September 2022 terhadap periode yang sama tahun 2021, nilai ekspor Kalbar mengalami kenaikan 61,02 persen
Penulis: Tri Pandito Wibowo | Editor: Tri Pandito Wibowo
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis nilai ekspor Kalimantan Barat September 2022 turun sebesar 20,49 persen dibanding Agustus 2022 yaitu dari 234,31 juta dolar AS menjadi 186,30 juta dolar AS.
Kepala BPS Kalbar, Moh Wahyu Yulianto mengatakan jika dibandingkan periode Januari - September 2022 terhadap periode yang sama tahun 2021, nilai ekspor Kalbar mengalami kenaikan 61,02 persen.
"Nilai ekspor Kalbar September 2022 turun sebesar 20,49 persen atau 186,30 juta dolar AS. Sedangkan nilai impor Kalbar September 2022 turun 5,15 persen dibanding Agustus 2022 yaitu dari 35,52 juta dolar AS turun menjadi 33,69 juta dolar AS. Jika dibandingkan periode Januari - September 2022 terhadap periode yang sama tahun 2021, naik 28,38 persen," ujarnya pada rilis resmi BPS, Selasa 1 November 2022.
India, Tiongkok, dan Malaysia merupakan tiga negara tujuan ekspor Kalbar terbesar pada September 2022, masing-masing mencapai nilai ekspor 63,80 juta dolar AS, 57,22 juta, dan 28,39 juta dolar AS dengan kontribusi 149,41 juta dolar AS atau 80,20 persen.
• Dirudapaksa Paman Hampir Empat Tahun, Remaja Putri Cari Perlindungan ke YNDN
Tujuan ekspor Kalbar pada September 2022, masih didominasi 8 negara Asia, yaitu dengan kontribusi sebesar 97,84 persen. Sedangkan kontribusi terhadap total ekspor ke negara utama lainnya (Argentina) adalah sebesar 0,60 persen, serta 1,56 persen berasal dari negara lainnya.
Lemak dan Minyak Hewan/Nabati (HS15), Bahan Kimia Anorganik (HS28), serta Bijih, Kerak, dan Abu Logam (HS26) merupakan tiga golongan barang unggulan ekspor Kalbar September 2022, yaitu masing-masing berkontribusi 34,21 persen, 25,12 persen, dan 22,22 persen.
Kontribusi tiga golongan barang unggulan berikutnya yaitu Kayu, Barang dari Kayu (HS44), Karet dan Barang dari Karet (HS40), serta Ampas/Sisa Industri Makanan (HS23) yang menyumbang masing-masing secara berurutan sebesar 6,07 persen, 6,00 persen, dan 2,07 persen. Ketiga golongan ini memberi kontribusi 14,14 persen dari total ekspor Kalbar atau 26,35 juta dolar AS.
Pada September 2022, ekspor dari sepuluh golongan barang (HS 2 digit) memberikan kontribusi 99,10 persen terhadap total nilai ekspor Kalbar. Dari sisi pertumbuhan, ekspor sepuluh golongan barang tersebut turun 20,27 persen terhadap Agustus 2022, yaitu dari 231,57 juta dolar AS menjadi 184,63 juta dolar AS.
Sementara barang penyumbang impor terbesar Kalbar pada September 2022 diantaranya Bahan Bakar Mineral (HS27), Bahan Kimia Anorganik (HS28), serta Mesin-mesin/ Pesawat Mekanik (HS84).
Ketiga golongan barang tersebut menyumbang masing-masing 44,94 persen, 28,41 persen, dan 14,01 persen dengan kontribusi 87,36 persen.
Malaysia, Jepang, dan Tiongkok merupakan tiga negara pemasok terbesar impor Kalbar pada September 2022, yaitu masing-masing 49,42 persen, 30,31 persen, dan 10,45 persen, dengan kontribusi 30,38 juta dolar AS atau 90,18 persen dari keseluruhan nilai impor Kalbar.
Sebagian besar impor Kalbar berasal dari 6 negara Asia yaitu senilai 32,69 juta dolar AS atau 97,03 persen, sedangkan kontribusi terhadap total impor yang berasal dari negara utama lainnya (Amerika Serikat, Swedia, dan Republik Ceko) adalah sebesar 2,67 persen, serta 0,30 persen berasal dari negara lainnya.
Inflasi Gabungan
Badan Pusat Statistik Provinsi Kalbar merilis inflasi Oktober 2022 gabungan 3 kota IHK di Kalimantan Barat mengalami inflasi sebesar 0,07 persen.
Inflasi terjadi di tiga kota IHK yang ada di Kalimantan Barat yaitu Singkawang sebesar 0,13 persen dengan IHK sebesar 112,06, Pontianak sebesar 0,07 persen dengan IHK sebesar 113,18, dan Sintang sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar 121,19.
Kepala BPS Kalbar, Moh Wahyu Yulianto mengatakan Inflasi terjadi karena adanya peningkatan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks pada tujuh kelompok pengeluaran.
"Tingkat inflasi tahun kalender pada Oktober 2022 sebesar 5,37 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Oktober 2022 terhadap Oktober 2021) sebesar 6,00 persen," ujarnya Selasa 1 November 2022.
Kelompok pengeluaran yang mengalami peningkatan indeks berturut-turut dari yang tertinggi yaitu kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 1,07 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,99 persen, kelompok transportasi sebesar 0,67 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,32 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,25 persen, dan kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga dan kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga masing-masing sebesar 0,21 persen.
"Kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks berturut-turut yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,62 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,12 persen, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,02 persen," ujarnya.
Wahyu menjelaskan kelompok makanan, minuman, dan tembakau pada Oktober 2022 mengalami deflasi sebesar 0,62 persen atau terjadi penurunan indeks dari 117,40 pada September 2022 menjadi 116,67 pada Oktober 2022. Dari tiga subkelompok dalam kelompok ini, dua subkelompok mengalami deflasi dan satu subkelompok mengalami inflasi.
Subkelompok yang mengalami deflasi yaitu subkelompok makanan sebesar 0,82 persen dan subkelompok minuman yang tidak beralkohol sebesar 0,04 persen. Sedangkan subkelompok yang mengalami inflasi yaitu subkelompok rokok dan tembakau sebesar 0,60 persen.
Kelompok ini pada Oktober 2022 memberikan andil/sumbangan deflasi sebesar 0,2071 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan deflasi antara lain cabai rawit sebesar 0,0515 persen, sawi hijau sebesar 0,0450 persen, ikan kembung/ikan gembung sebesar 0,0384 persen, cabai merah sebesar 0,0327 persen; dan udang basah sebesar 0,0236 persen.
Sedangkan komoditas yang dominan memberikan andil sumbangan inflasi antara lain beras sebesar 0,0351 persen; bayam sebesar 0,0331 persen, jeruk sebesar 0,0206 persen, rokok kretek filter sebesar 0,0148 persen, dan ikan bawal sebesar 0,0078 persen.