Pola Hidup Sehat
Disebut Sindrom Patah Hati, Penyebabnya dari Stres dan Gampang Emosi, Kok Bisa?
Lazimnya emosi bisa dikontrol. Namun apabila emosi atau stres sudah berlebihan, kita bisa terkena sindrom patah hati (Tokotsubo cardiomyopathy).
Penulis: Maudy Asri Gita Utami | Editor: Maudy Asri Gita Utami
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID- Beberapa pemicu sindrom patah hati antara lain kematian orang terdekat, diagnosis medis yang menakutkan, kehilangan pekerjaan, kejutan tiba-tiba, sampai konflik rumah tangga
Tubuh merespons sesuatu atau kejadian dengan dengan rasa senang, marah, takut, dan sebagainya. Respons tersebut dikenal sebagai emosi.
Lazimnya emosi bisa dikontrol. Namun apabila emosi atau stres sudah berlebihan, kita bisa terkena sindrom patah hati (Tokotsubo cardiomyopathy).
Melansir Kompas.com, sindrom yang kali pertama diperkenalkan sejumlah dokter di Jepang ini terjadi ketika otot jantung tiba-tiba melemah dan mengakibatkan jantung berubah bentuk.
• 4 Gejala Khas Depresi, Cara Mengatasi dan Obat Alami
Gejala
Seperti dilansir WebMD , terdapat beberapa gejala yang lazim menyambangi pengidap sindrom patah hati. Salah satunya nyeri dada.
Hal itu didasarkan hasil riset dengan melibatkan 30 pasien kanker di MD Anderson Cancer Center di Houston. Argumen diperkuat dengan laporan lain yang menyebut, seorang dokter menemukan pasien paru-paru kronis dan gangguan lambung akut juga mengalami nyeri dada.
Hasil diagnosis mengungkapkan salah satu ruang pompa utama jantung pasien tersebut melemah. Sehingga, pasien mengeluhkan rasa sakit di dada, disertai sesak napas.
Kondisi tersebut sekilas menyerupai serangan jantung. Namun para ahli setempat menyimpulkan mereka yang mengalami sindrom patah hati karena terdapat lonjakan hormon mirip adrenalin.
Lonjakan hormon tersebut membuat jantung tersengat sehingga gejalanya menyerupai serangan jantung.
• 10 Tips Ampuh untuk Meningkatkan Kesehatan Mental, Simak Agar Tak Mudah Stress
Kehilangan
Sementara, Kepala Unit Kardiologi Klinis Spectrum Health Fred and Lena Meijer Heart Center di Michigan, Jeffrey Decker, menyebut sindrom patah hati tidak melulu disebabkan masalah kesehatan.
Ia menangani kasus pasien seorang perempuan yang mengalami sindrom patah hati setelah mengetahui putrinya kehilangan pekerjaan.
Ada juga kasus seorang perempuan terkena sindrom patah hati setelah ditinggal mati anjing kesayangannya.
Semula ia dikira mengidap serangan jantung. Karena mengalami tanda klasik serangan jantung seperti sakit punggung yang parah, dadanya nyeri, dan sakit saat berbalik badan.