Siswa SMAN 1 Pontianak Belajar Sejarah dengan Pendekatan Diferensiasi Proses dan Produk

Program merdeka belajar merupakan wujud dari cita-cita pendidikan yang dikembangkan oleh Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara.

Penulis: Muhammad Rokib | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Rokib
Siswa SMAN 1 Pontianak Belajar Sejarah dengan Pendekatan Diferensiasi Proses dan Produk. OKI 

"Kemudian jika diposisikan sebagai guru, saya menyukai penerapan ini karena guru diberi kebebasan dalam mengajar dan berkreasi sesuai dengan kebutuhan siswa yang sebelumnya telah dianalisis melalui pendekatan asesmen diagnostk diawal semester," lanjutnya.

Ia tidak menampik, bahwa masih perlu banyak belajar dan mendapatkan peningkatan kapasitas karena dalam beberapa hal masih mengalami kesulitan, namun kendala tersebut selalu dapat diatasi dan terdapat jalan keluarnya.

“Ketika menerapkan sistem baru, pada awalnya sempat mengalami kesulitan. Terlebih ketika siswa diberi kemerdekaan dalam belajar melalui diferensiasi," tuturnya.

"Dalam memfasilitasi pembelajaran, terkadang dapat mempersiapkan lebih dari dua rubrik penilaian dan lain sebagainya, namun seiring waktu dan terbiasa sehingga saat ini tidak terlalu sulit secara pelaksaannya,” jelasnya.

Pada proses pembelajarannya, Rio memberi kebebasan siswa dalam berkreasi.

Diferensiasi diberlakukan sesuai dengan minat dan bakat siswa sehingga penerapan diferensiasi kemudian diberlakukan pada tahap proses dan juga produk yang dihasilkan.

Ia memberi contoh, misal pada ATP akhir semester II yang disediakan oleh pemerintah pada mata pelajaran sejarah, siswa diinstruksikan untuk membuat video dengan tema asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia.

Walaupun produk yang dihasilkan siswa dalam proyek ini secara keseluruhan adalah video, namun ia tidak memberikan intervensi kepada siswa-siswanya jenis video seperti apa yang akan dibuat oleh siswanya.

Semua diserahkan sesuai dengan kesepakatan kelompok siswa yang diampunya sehingga berbagai jenis video dengan capaian tema yang disediakan oleh pemerintah dapat dibuat.

Selain itu, secara proses dalam proyek yang diberikannya juga terdapat nilai diferensiasi. Pembagian tugas atau peran dalam proyek diberikan sesuai dengan minat masing-masing siswanya.

Sehingga dalam proyek video tersebut, peran siswanya sangat beragam dan juga adil.

“Ada yang bertugas menjadi kameramen, editor, voice over, penulis naskah materi, ada yang tampil dalam gambar dan lain sebagainya. Tidak ada kewajiban setiap orang punya jobdesk yang sama, asal semua memiliki peran. Tugas guru memastikan proses dan progress berjalan sembari membimbing dan menjadi fasilitator yang baik," jelasnya.

Belajar secara merdeka sesuai dengan minat tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap siswa. Oleh karenanya, tanggapan baik juga tentu dihaturkan oleh siswa yang telah melaksanakan proses ini.

Akram yang merupakan satu diantara siswa kelas X SMAN 1 Pontianak mengaku lebih senang belajar dengan cara dan pendekatan saat ini dibanding dengan cara yang sebelumnya didapatkannya.

“Biasanya belajar banyak yang cuma mendengarkan ceramah, kalau ada tugas juga tugasnya sama semua, peran dalam tugas juga sama semua. Jadi saat sekarang seperti ini, jauh lebih menyenangkan proses belajarnya,” ucapnya.

Hal serupa diucapkan Della, siswi kelas X di SMAN 1 Pontianak ini juga mengaku lebih suka belajar dengan penerapan diferensiasi dan merdeka belajar karena lebih menyenangkan, tidak terburu-buru materi dan lebih dapat mengeksplore kemampuan dirinya. (*)

Cek Berita dan Artikel Mudah Diakses di Google News

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved