Khawatir Virus PMK, Peternak Pilih Tak Datangkan Hewan dari Luar Kabupaten Sintang

Sebagai langkah pencegahan, peternak memilih untuk bertahan mengembangbiakan hewan ternak daripada mendatangkan dari luar.

Penulis: Agus Pujianto | Editor: Hamdan Darsani
TRIBUNPONTIANAK/Agus Pujianto
Petugas bidang peternakan dan kesehatan hewan melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah hewan ternak di sekitaran mengkurai, Kecamatan Sintang, Kalimantan Barat. 

Akan Bentuk Satgas

Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan pada Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Sintang, Eka Dahliana mengatakan saat ini pihaknya tengah mengonsep pembentukan Satgas untuk pencegahan penyakit kulit dan mulut pada hewan ternak.

"Untuk satgas kita baru ngonsep, surat edaran juga baru kami terima dan baru kami konsultasikan ke bupati sedang untuk mendukung kami melaksanakan kegiatan ini seperti dana tanggap darurat untuk menunjang," ujar Eka.

Ciri dan Pencegahan PMK

Viktor Fernandes, Dokter Hewan pada Bidang Peternakan di Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Sintang, mengatakan hewan ternak yang terserang PMK memiliki gejala umum seperti demam, lesu, kemudian disertai gejala khas lepuh di sekitar mulut, rongga dan moncongnya disertai daerah kaki, telapak, tumit hingga sendi.

“Selain itu kadang muncul buih atau busa. Kalau ada ciri-ciri seperti itu segera lapor. Kami mohon bantuan pada masyarakat supaya kita bisa tangani bersama, kita lokalisir dan tidak menyebar luas,” kata Viktor.

Penyakit PMK rentan menulari hewan ternak, seperti Sapi, Domba, Kambing, Kerbau, dan Babi.

Penularan virus ini dapat melalui kontak langsung seperti melalui droplet, leleran cairan hidung, dan serpihan kulit pada hewan yang terinfeksi virus.

Sementara itu penularan secara tidak langsung terjadi pada vektor hidup, yaitu manusia dan hewan lainnya.

“Bahkan kami sebagai tenaga teknis peternakan saja bisa membawa (virus). Misalnya kami berkunjung ke satu lokasi yang ada yang sudah terjangkit dan kami tidak melakukan proteksi diri, dan kami pergi ke peternakan lain, itu sudah bawa virus. Makanya kita saling jaga, seperti kejadian ASF mengapa cepat menyebar karena ya virus menempel di manusia bawa virus,” beber Viktor.  

Viktor menyarankan sebaiknya untuk sementara peternak atau pedagang di Sintang, tidak mendatangkan hewan ternak dari luar sebagai langkah pencegahan.

“Untuk imbauan pada masyarakat kita cegah masuknya jenis hewan tersebut ke kabupaten sintang. Jadi kita harus saling waspada saling jaga, agar hewan dari luar sementara ini kita cegah masuk ke sintang. Karena kalau sudah kena satu saja di sintang, penyebaran ke kecamatan lain akan sangat mudah,” jelasnya.

Menurut Viktor, biosekuriti menjadi kunci utama dalam pencegahan dan pengendalian dari kemungkinan penularan penyakit. Bioskuriti merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mencegah penyakit masuk ke dalam peternakan ataupun menyebar keluar peternakan.

Bisa dikatakan bahwa itu merupakan garis pertahanan pertama terhadap penyakit yang dapat menyerang ternak.

“Jaga kebersihan kandang kita, salah satunya melalui desinfektan, mirip dengan corona pencegahannya. Dia bisa mati virusnya dari desinfektan. Kalau ada gejala yang mengarah ke PMK segera lapor, karena kami perlu bantuan dari masyarakat untuk segera kami telurusi, misalnya di satu daerah ada kejadian, kan kita bisa segera lokalisasi. Sehingga penyebabran tidak meluas,” harap Viktor. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved