Kisah dan Cerita Pengrajin Tenun Lunggi, Kain Songket Khas Kabupaten Sambas

Berawal dari menenun untuk mendapat upah harian, hingga sekarang dapat menenun menggunakan alat sendiri.

Penulis: Imam Maksum | Editor: Hamdan Darsani
TRIBUNPONTIANAK/Imam Maksum
Pengrajin Tenun Lunggi, Budiana, warga Dusun Keranji Desa Tanjung Mekar, Kecamatan Sambas, saat menenun di rumahnya, Selasa 15 Maret 2022. 

Waktu membuat kain tenun sangat tergantung pada tingkat kesulitan dari motif tenunan itu sendiri. Jika tenunan menggunakan corak rumit maka bisa sampai 1,5 bulan. Sementara tanpa corak paling cepat memakan waktu seminggu. 

“Tergantung tingkat kesulitannya, jika memakai corak yang rumit bisa sampai satu bulan lebih baru bisa jadi, tenun ikat dengan tanpa motif paling cepat seminggu,” tuturnya.

Sementara itu harga kain tenun juga dijual sesuai dengan bahan yang digunakan serta tingkat kesulitan pembuatannya.

“Kalau pakannya katun akan lebih mahal. Kalau yang menggunakan bahan polyster bisa hingga Rp 500 ribu, pakan katun ada yang Rp 700 ribu hingga Rp 1 juta,” jelasnya.

Budiana mengatakan kain tenun yang menggunakan motif harganya bisa sampai Rp 1,2 juta. Dia berujar dengan menggunakan kain sutra bisa sampai di kisaran Rp 4 Juta.

Budiana menjual kain tenun dengan mengikuti pameran hingga menitipkan ke Dekranasda Kabupaten Sambas. Selain itu ia juga melayani apabila ada pembeli yang datang langsung ke rumahnya.

“Misalnya ada pembeli datang langsung, ada juga dari informasi teman melalui mulut ke mulut, mengikuti pameran, bisa juga menitip di Dekranasda,” katanya.

Kalau ada produk tenun yang bagus dan berkualitas, ucap Budiana dirinya bahkan menawarkan langsung ke Cita Tenun Indonesia (CTI) langsung di Jakarta. (*)

[Update Informasi Seputar Kabupaten Sambas]

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved