Kiprah Poktan Genta Mustika Pandan, Baru Setahun Terbentuk Sudah Mampu Raup Omset Rp 1,8 Miliar
Berkat tangan para petani di Desa Merarai 1, Kecamatan Sungai Tebelian ini, sayur mayur, khususnya sawi membanjiri pasar di lintas timur Kalbar.
Penulis: Agus Pujianto | Editor: Hamdan Darsani
“Kelompk tani lain bisa belajar di sini. Daripada kami pusing bawa ke malang, ini jauh lebih murah dan efektif. Dan hasilnya sudah kelihatan, kita lihat di pasar sayur, mereka sudah berkontribusi di sana,” katanya.
Gultom menargetkan, hingga tahun 2024 mendatang, komoditas hasil pertanian yang surplus tidak hanya sawi dan semangka, tapi juga cabai dan bawang.
“Kita rencanakan sampai 2024 minimal 4-5 holtikultura harus surplus. Kita sat ini memiliki semangka, itu surplus. Hari ini kita dengar surplus sawi, tapi ini berkelanjutan harus dipertahankan. Mudah- mudanan cabai dan bawang yang sudah kita uji coba bias dikembakgan sehingga kita punya komoditas holtikultura memenuhi kebutuhan masyarakat,” katanya.
Sekretaris Daerah Kabupaten Sintang, Yosepha Hasnah mengaku kaget mendengar lapora panen sayur di Desa Merarai 1 mencapai 200 ton per tahun.
“Artinya kalau dibagi 12 bulan maka sayur yang dihasilkan oleh masyarakat Desa Merarai Satu mencapai 16,6 ton per bulan dengan kualitas baik,” ujarnya.
Pemkab Sintang memberikan apresiasi dan mendukung penuh apa yang dilakukan oleh Kelompok Tani Genta Mustika Pandan. Menurut Yosepha, penetapan Desa Merarai Satu sebagai Kampung Sayur diharapkan bisa lebih memotivasi warga bertani dan menghasilkan sayur yang banyak dengan kualitas baik.
“Saya minta, jangan hanya sawi saja, masih banyak jenis sayur yang lain,” harapnya.
Yosepha menilai, apa yang sudah dilakukan oleh Kelompok Tani Genta Mustika Pandan dan masyarakat Desa Merarai Satu lakukan ini, baik untuk dijadikan percontohan bagi desa dan kelompok tani lainnya di Kabupaten Sintang. Menurutnya, penghasil sayur tidak hanya Sungai Tebelian, tetapi ada Binjai Hulu, dan Kelam Permai.
“Saya bangga petani di sini, menyiapkan pola pertanian dengan matang. Mulai dari perencanaan bibit, penanaman sampai panen dan pemasaran. Di Kalbar ini, hanya satu kabupaten yang dijadikan sampel pengukuran inflasi nasional yakni Sintang. Untuk menurunkan angka inflasi, kita harus menyiapkan sayur sendiri sehingga harga sayur di pasaran bisa rendah. Saya juga mendorong masyarakat untuk mengembangkan peternakan, dengan harapan ke depan, bisa memproduksi pupuk kandang sendiri untuk mengurangi ketergantungan akan pupuk kimia,” pesan Yoseha. (*)