Pola Hidup Sehat
Ciri-ciri Makanan Mengandung Pewarna Tekstil, Ini Bahaya Pewarna Buatan untuk Kesehatan
Banyak penelitian telah membuktikan pewarna buatan bisa mengakibatkan gatal-gatal, asma, pertumbuhan tumor. Bahkan, pewarna buatan bisa....
Penulis: Mirna Tribun | Editor: Mirna Tribun
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Pewarna buatan kerap digunakan produsen untuk memberikan daya tarik pada makanan atau minuman yang diproduksinya.
Benar saja, mengedepankan penampilan bisa membuat minat masyarakat terhadap produk makanan atau minuman terkait menjadi meningkat.
Itu karena orang-orang akan lebih menikmati suatu makanan atau minuman ketika penampilannya terlihat menarik, baik dari segi bentuk maupun warna.
Sayangnya, pewarna yang menambah selera makan itu seringkali terbuat dari bahan kimia berbahaya.
Merangkum dari Cleveland Clinic, ahli diet terdaftar Julia Zumpano mengatakan, makanan dengan pewarna buatan memiliki risiko besar bagi kesehatan.
• 12 Buah untuk Diet Cepat Kurus, Berapa Kebutuhan Kalori Pria dan Wanita per Hari ?
Banyak penelitian telah membuktikan pewarna buatan bisa mengakibatkan gatal-gatal, asma, pertumbuhan tumor.
Bahkan, pewarna buatan bisa menyebabkan perubahan perilaku seperti lekas marah dan depresi.
Adapun ciri-ciri makanan yang diberikan bahan pewarna berbahaya itu, yakni Warna makanan terlihat lebih menyala.
Seperti terasi terlihat lebih merah keunguan, bila ditambah pewarna Rodhamin B.
Manisan mangga terlihat kuning terang jika ditambahkan kuning metanil.
Kedua Pewarna ini sejatinya digunakan untuk pewarna kertas dan Tekstil.
Jika dikonsumsi akan menyebabkan kanker.
Jadi masyarakat diminta lebih waspada.
Pemerintah sudah memberikan daftar pewarna yang boleh digunakan dalam makanan.
Namun, kenyataannya masih ada saja pewarna bukan untuk makanan yang dicampurkan ke dalam bahan makanan oleh produsen yang tidak bertanggung jawab.
• Tanda Kolesterol Tinggi di Mata, Waspadai Gejala Kolesterol Naik
Dilansir dari alodokter.com, ada dua bahan pewarna berbahaya yang masih digunakan dalam makanan, yaitu:
- Rhodamin B
Rhodamin B merupakan pewarna sintetis berbentuk serbuk kristal dan berwarna hijau atau ungu kemerahan.
Pewarna ini biasanya digunakan untuk mewarnai tekstil, kertas, dan produk kosmetik.
Namun, tak jarang rhodamin B juga dicampur ke dalam makanan seperti kerupuk, kue, dan berbagai jenis minuman.
Rhodamin B memiliki nama lain, seperti D and C Red 19, Food Red 15, ADC Rhodamine B, Aizen Rhodamine BHC, dan Acid Brilliant Pink B.
Pewarna ini diduga dapat menyebabkan kanker, tetapi masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan hal tersebut.
- Metanil yellow
Metanil yellow adalah pewarna sintetis berbentuk serbuk, berwarna kuning kecokelatan, serta dapat larut di dalam air dan alkohol.
Pewarna yang satu ini umumnya digunakan sebagai pewarna tekstil, kertas, tinta, plastik, kulit, cat, dan sebagainya.
Makanan atau minuman yang dicampur dengan metanil yellow biasanya akan berwarna kuning mencolok, berpendar, dan terdapat titik warna atau warnanya tidak rata. Pewarna ini bisa dijumpai pada aneka jajanan, seperti kerupuk, mie, tahu, dan gorengan.
Bila dikonsumsi, metanil yellow dapat menyebabkan iritasi saluran cerna, mual, muntah, sakit perut, diare, demam, lemah, dan tekanan darah rendah.
• CARA Menurunkan Gula Darah dengan Air Putih, Lonjakan Gula Darah Bisa Sebabkan Serangan Jantung
Selain itu, mengonsumsi metanil yellow dalam jangka panjang dikhawatirkan dapat memengaruhi sistem saraf pusat dan menyebabkan kanker kandung kemih.
Meski demikian, efek samping metanil yellow ini masih ditelitilebih lanjut.
Oleh karena itu, Anda dianjurkan untuk lebih berhati-hatilah ketika membeli makanan atau minuman berwarna.
Bukannya nutrisi yang Anda dapatkan, justru penyakit yang membahayakan kesehatan.
Jika ingin mewarnai makanan, gunakan pewarna makanan aman dari bahan alami yang diolah sendiri, seperti daun suji, daun pandan, bayam, bit, kunyit, wortel, atau buah naga.
Namun, jika ingin menggunakan pewarna instan, pastikan pewarna tersebut terdaftar di BPOM.
Pewarna Makanan Buatan Pengaruhi Perilaku Anak
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menguji efek pewarna makanan buatan pada perilaku anak.
Awalnya, di tahun 1973 seorang ahli alergi anak menyatakan bahwa hiperaktivitas dan masalah belajar pada anak-anak disebabkan oleh pewarna makanan buatan dan pengawet dalam makanan.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh United Kingdom’s Food Standards Agency di tahun 2007 menunjukkan bukti serupa yang menyatakan bahwa mengonsumsi makanan yang mengandung pewarna makanan buatan dapat meningkatkan perilaku hiperaktif pada anak.
Penelitian ini menguji anak yang berusia 3, 8, dan 9 tahun.
Ketiga kelompok usia ini diberikan jenis minuman yang berbeda untuk dilihat pengaruhnya.
Masing-masing minuman memiliki kandungan sebagai berikut:
- Minuman pertama mengandung pewarna makanan buatan sunset yellow (E110), carmoisine (E122), tartrazine (E102), dan ponceau 4R (E124).
- Minuman kedua mengandung pewarna dan pengawet natrium benzoat. Campuran pewarnanya yaitu quinoline yellow (E104), allura red (E129), sunset yellow, dan carmoisine.
- Minuman ketiga adalah plasebo (tidak ada isi atau zat kimianya, hanya digunakan sebagai pembanding dalam penelitian atau uji klinis) dan tidak mengandung zat aditif.
Dari hasil penelitian, ditemukan bukti bahwa perilaku hiperaktif pada anak usia 8 dan 9 tahun meningkat saat meminum minuman pertama dan kedua.
Sedangkan tingkat hiperaktivitas anak yang berusia 3 tahun meningkat setelah meminum minuman yang pertama tetapi tidak begitu meningkat setelah minum minuman yang kedua.
Dari hasil penelitian tersebut, para ahli menyimpulkan bahwa efek pewarna makanan buatan positif memiliki dampak pada hiperaktivitas anak.
Selain itu, dikutip dari Healthline, penelitian lain menunjukkan bahwa 73 persen anak-anak dengan ADHD memperlihatkan penurunan gejala saat pewarna dan pengawet makanan buatan dihilangkan dari menu makan mereka.
Namun, para peneliti di Southampton University menemukan fakta bahwa komponen genetiklah yang menentukan bagaimana pewarna makanan memengaruhi perilaku anak.
Efek pewarna makanan buatan pun telah diamati pada anak tanpa ADHD.
Hasilnya, beberapa anak termasuk yang punya ADHD memang memiliki tingkat sensitivitas yang lebih tinggi terhadap zat kimia dibandingkan dengan yang lain.
Jadi untuk mencegah efek berbahaya pewarna makanan buatan pada anak, ada baiknya untuk membatasi asupannya.
Jika Anda ingin berkreasi membuat makanan yang berwarna-warni, usahakan untuk menggunakan pewarna alami seperti daun suji untuk warna hijau, manfaatkan ubi ungu untuk warna ungu, dan kunyit untuk warna kuning.
Meskipun warna yang dihasilkan tidak semenarik pewarna makanan buatan, pewarna alami lebih aman dan menyehatkan untuk buah hati Anda. (*)