Ketua LTN PWNU Kalbar : Pentingnya Guru Menjadi Agen Perdamaian dan Moderasi Beragama

"Pribadi kita harus moderat terlebih dahulu sebelum mengajarkan dan mengimplementasikan nilai-nilai moderasi beragama pada orang lain, " katanya.

Penulis: Muhammad Rokib | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Rokib
Ketua Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalimantan Barat Prof. Dr.Ibrahim saat FGD. oki 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Ketua Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalimantan Barat Prof. Dr.Ibrahim menyampaikan, pentingnya guru menjadi agen perdamaian dan moderasi beragama.

Hal tersebut ia sampaikan saat kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan oleh Yayasan Pendidikan Muslimat NU Kalbar, di Hotel Mahkota Pontianak Kalimantan Barat, Selasa 26 Oktober 2021.

Selain dilaksanakan secara offline, FGD tersebut juga disiarkan secara langsung melalui Zoom Meeting dan kanal youtube NU Channel.

Menurutnya, moderasi beragama adalah praktik keagamaan yang senantiasa berada di jalan tengah, inklusif, tidak ekstrim baik kiri maupun kanan dan senantiasa bersikap tawasuth, tawazun, tasamuh, dan ‘Ta’adul.

Pomdam XII/Tpr Periksa Kendaraan Bermotor Anggota Kodim 1207/Pontianak

"Moderasi beragama dianggap penting dalam rangka menghadapi realitas budaya hari ini yang beragama serta munculnya gerakan-gerakan ekstrimisme dan radikalisme, " ujarnya.

Menurut Guru Besar Ilmu Komunikasi IAIN Pontianak ini, moderasi beragama dapat diterapkan dengan beberapa cara. Diantaranya, pertama, P
Penguatan sikap, cara pandang, dan praktik beragama dalam tataran individu, keluarga, berbangsa, dan bernegara.

"Pribadi kita harus moderat terlebih dahulu sebelum mengajarkan dan mengimplementasikan nilai-nilai moderasi beragama pada orang lain, " katanya.

Kedua, Penguatan harmonisasi kehidupan beragama. Hal ini karena kehidupan kita dalam realitas kehidupan beragama yang beranekaragam serta bergaul dengan mereka yang berbeda agama.

"Oleh karenanya, kerukunan itu harus dibangun, " ucapnya.

Ketiga, Penguatan relasi agama dan budaya. Agama tidak pernah hidup sendiri karena agama senantiasa bersentuhan dengan kebudayaan dan kemudian melahirkan praktik-praktik keagamaan.

Ia mencontohkan adanya pakaian Muslim dan al-Quran yang diturunkan dalam Bahasa Arab.

Keempat, Peningkatan kualitas layanan kehidupan beragama. Tujuan agama ialah memberikan kedamaian dan kesejahtreaan serta menjadikan hidup seseorang tenteram dan aman. Oleh karenanya,moderasi beragama harus memperkuat tujuan-tujuan keagamaan itu.

Kelima, Pengembangan ekonomi dan sumber daya keagamaan. Agama juga perlu terlibat aktif dalam pengembangan sumber daya manusia dan ekonomi para pemeluknya.

"Dalam konteks pendidikan Islam, Guru hendaknya memiliki ciri-ciri yang menjadi ciri guru yang berintegritas dan moderat antara lain, tidak ekstrim baik kiri maupun kanan, menempatkan agama sebagai jalan hidup, tidak anti dengan perbedaan pandangan, menghindari sikap evaluatif dalam terhadap perbedaan, memandang perbedaan sebagai hal positif, memahami orang lain dan tidak merasa benar sendiri, serta senantiasa menebarkan Islam yang Rahmatan Lil ‘Alamin, " pungkasnya. (*)

(Simak berita terbaru dari Pontianak)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved