Klarifikasi Menpora Terkait Fajar/Rian: 'Yang Saya Maksud Itu Memuji Strategi Pelatih Ganda Putra'
Pada pembicaraan itu, Menpora mengomentari pasangan ganda putra Indonesia Fajar/Rian yang pada laga final tersebut turun lebih dulu dibandingkan Marku
Penulis: Nasaruddin | Editor: Nasaruddin
Dirinya menilai, PBSI saat ini sudah bergerak ke arah pembinaan atlet elit nasional, sehingga ukuran Olimpiade, Thomas Cup, All England menjadi pantauan pemerintah sejauh mana pembinaan cabor bulutangkis ini yang ditempatkan dalam cabor unggulan pertama dalam DBON.
"Untuk mendapatkan talenta atlet dengan performa tinggi dibutuhkan waktu panjang setidaknya 10 ribu jam atau 10 tahun," katanya.
"Saya selalu melihat bagaimana progres ini berjalan untuk menunjang DBON dan persiapan Olimpiade Paris 2024 mendatang," jelasnya.
Seperti diketahui, Indonesia berhasil menjadi juara Thomas Cup 2020 setelah menang melawan China 3-0.
Fajar Alfian / Muhammad Rian Ardianto saat itu dipilih menjadi ganda putra pertama Indonesia.
Keputusan itu diambil pelatih ganda putra Indonesia, Herry IP karena pasangan Daddies Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan menyatakan tidak siap bermain.
Melawan He Ji Ting / Zhou Hao Dong, Fajar/Rian sukses mengemban kepercayaan yang diberikan dengan menang dua set langsung, 21-12 dan 21-19.
Sementara itu, untuk ganda kedua Herry IP memutuskan Kevin Sanjaya berpasangan dengan Daniel Marthin.
Menurutnya, kondisi Marcus sudah capek berat.
Waktu 24 jam istirahat tidak cukup untuk recovery.
"Tenaganya sudah habis. Ibarat mobil, tangki bahan bakarnya mungkin cuma isi setengah," jelasnya di Twitter resmi PBSI.
"Tidak cukup untuk main final yang menuntut kesiapan stamina yang penuh. Selain itu kakinya juga sudah kurang cepat," lanjutnya.
Herry IP mengatakan saat ditanya, Kevin menyebut siap main.
Herry kemudian meminta Kevin untuk memilih siapa partnernya.
"Kevin memilih berpasangan dengan Daniel. Ya sudah saya putuskan Kevin/Daniel sebagai ganda kedua," jelas Herry.