Apa Itu Gaslighting yang Disebut Lebih Parah dari Ghosting?

Gaslighting adalah taktik manipulatif psikologis untuk membuat seseorang atau sekelompok orang meragukan realitas dan ingatan mereka.

Editor: Nasaruddin
Kompas via Tribun Bali
Ilustrasi. 

Tapi ada juga pelaku gaslighting yang sadar akan perbuatannya dan ia memang berniat melakukan gaslighting tanpa perasaan menyesal.

Apabila seseorang yang melakukan gaslighting juga memiliki gangguan kepribadian narsistik, kemungkinan besar orang itu sengaja membuat kita marah.

Orang yang menjadi korban sering mempertanyakan apa motif dari sang pelaku.

Pada dasarnya, orang di pihak "penerima" gaslighting mencoba mengukur seberapa besar kesabaran yang dia miliki terhadap pelaku kekerasan.

Namun yang terpenting, kita harus mengetahui apa yang akan berubah jika kita menyadari motif pelaku gaslighting.

Cara ini dapat membantu kita belajar menangani situasi dengan lebih cermat.

Sebagai contoh, jika motif pelaku gaslighting adalah menyebabkan kita ragu, maka kita bisa berpegang pada kebenaran yang kita yakini.

7. Mencari dukungan

Isolasi psikologis dan ketergantungan emosional dapat menjadi tujuan dari pelaku gaslighting.

Cobalah mencari dukungan dari orang terdekat untuk membagikan kebenaran, fakta yang terjadi, apa yang kita ketahui, lihat, saksikan, dan alami.

Kemudian, kita bisa mengintegrasikan kebenaran ke dalam pemikiran kita.

Jika kita diam, besar kemungkinan keraguan akan tumbuh seiring waktu.

Terkadang kita membutuhkan pengakuan dari pihak luar untuk membangun kepercayaan diri, terutama ketika kita menjadi korban gaslighting.

Kita dapat mengurangi belenggu psikologis dan emosional dari pelaku gaslighting ketika kita membagikan kebenaran dengan orang-orang terdekat.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jangan Mau Jadi Korban Gaslighting, Lawan!"
Penulis : Gading Perkasa
Editor : Lusia Kus Anna

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved