Kekayaan Hayati Bukit Tiong Kandang Sanggau Diharapkan Dapat Terus Terjaga
Menurut legenda, bukit Tiong Kandang berasal dari seekor burung tiong yang berada dalam kandang (sangkar) dan tersangkut di atas tunggul kayu.
Penulis: Chris Hamonangan Pery Pardede | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
Juga ada aliran listirk ke arah kampung Bangkan. Dukungan dari pihak swasta berasal dari Institut Dayakologi berupa pelatihan-pelatihan.
Kemudian dari Bank Pesona bantuan dana sebesar Rp. 50 juta untuk memberikan penamaan berbagai tanaman di Tiong Kandang.
Desa Adat Tae sebagai salah satu heritage peninggalan kearifan para leluhur Dayak Mali perlu menjadi perhatian pemerintah secara terencana, tentu dengan pelibatan komunitas adat tanpa melupakan perlunya swadaya.
Sebagaimana diketahui tantangan keberlangsungan keragaman hayati sekitar Bukit, gunung dan hutan sangat bergantung pada komunitas di sekitar Bukit Tiong Kandang.
Mereka utamanya masyarakat dapat mengambil manfaat atas kekayaan hayati di dalam bukit Tiong Kandang dengan tetap melindungi keberlangsungannya, itulah hakekat SDG’s (sustainable development Goals).
Sebaliknya bila tidak ada perhatian terhadap kehidupan ekonomi masyarakat sekitar Bukit Tiong Kandang ditambah kurang kesadaran masyarakat yang bersangkutan, maka kerusakan keragaman hayati mungkin akan terus terjadi.
Demikian halnya kerinduan komunitas Desa Tae untuk memiliki rumah adat di Desa Adat mereka seyogyanya mendapatkan perhatian pemerintah.
Hal ini sebagai bentuk dukungan pemerintah kepada Desa Adat yang semakin langka keberadaannya. (*)