Wahhabi dan Salafi Disebut Pintu Masuk Terorisme Oleh Ketum PBNU & Deretan Korban Wahhabi Salafi

Sebagai sebuah gerakan, Wahhabi menempuh strategi-strategi yang merusak (destruktif), radikal, dan cenderung menimbulkan teror (Blanchard, 2008:21).

Editor: Syahroni
ISTIMEWA
KH. Imam Jazuli, Lc. MA, Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon. 

Istilah ini digunakan demi menaklukkan seluruh wilayah Islam di dunia dan tunduk di bawah politik-agama Arab Saudi.

Korban pertamanya adalah hancurnya Khilafah Utsmaniyah atau Turki Usmani. Negara pertama yang merdeka dari Turki Usmani adalah Kerajaan Arab Saudi ('Imarah, 2007:41).

Asia Tenggara adalah target penaklukan berikutnya.

Banyak dana digelontorkan untuk mendukung program kerja agen-agen pribumi, yang menopang ideologi Salafi dan mengendarai gerakan Wahhabi.

Sampai di sini, Salafi-Wahhabi cenderung memerankan fungsi kolonialisme, yakni mengkoloni negara-negara Asia Tenggara, terutama Indonesia sebagai target.

Baca juga: Pasca Ledakan Bom Di Makassar, Kapolres Kubu Raya Datangi Gereja-Gereja

Jika di dalam upaya penaklukan tersebut terkendala teknis, semisal nilai-nilai budaya lokal yang begitu kuat, maka penyelesaian teknis berupa anarkisme, destruktifisme, dapat dilakukan. Ini latar belakang Salafi-Wahhabi cenderung disebut radikalis, fundamentalis, atau Jihadis (Alvi, 2014).

Dalam wujud lain, Wahhabi-Salafi bermetamorfosa menjadi gerakan Islamic State (IS/ISIS). Lincoln Clapper menulis artikel "Wahhabism, ISIS, and the Saudi Connection," yang dengan cukup bagus menganalisa dan menemukan hubungan erat Wahhabi, ISIS.(Geopoliticalmonitor, 31 Januari 2016).

Melalui sepak terjang ISIS ini, Wahhabi menjelma terorisme.

Menurut Clapper, ISIS mengadopsi semua pemikiran Wahhabi.

ISIS yang mengadopsi gerakan Wahhabi menelan banyak korban, baik penghancuran situs-situs Islam di syuriah maupun pembunuhan para alim ulama sunni terkemuka, antara lain: Syekh Muhammad Adnan Al Afyouni (Mufti Damaskus), Syekh Said Ramadhan Al Buthi (Ketua Kesatuan Ulama Syam), Syekh Adnan Sho'ab (Imam Masjid Muhammadi), Syekh Hasan Bartawi (Imam Masjid Imam Nawawi), Syekh Muhammad Ahmad Auf Shadiq (Imam Masjid Anas Bin Malik), dan Syekh Abdul Latif Al Syami (Imam Masjid Aminah).

Dengan kata lain, terorisme dan organisasi teroris lahir dari gerakan Wahhabi-Salafi.

Sebagian kelompok menyadari aspek-aspek politis tersebut, pada saat sebagian besar tidak menyadarinya.

Kelompok yang sadar berusaha memisahkan diri dari gerakan Wahhabi, dengan tetap mempertahankan ideologi Salafi.

Kelompok ini tetap bertahan memperjuangkan puritanisme Islam, melalui gerakan purifikasi namun tidak mendukung Jihadisme, yaitu pandangan bahwa dakwah harus ditempuh dengan cara-cara radikal-ekstrim (Azzouzi, 2008:56).

Baca juga: Pasca Tragedi Bom di Makasar, Polda Kalbar Lakukan Penebalan Petugas Pengaman Ditempat Ibadah

Semenjak Salafi memisahkan diri dari Wahhabi, purifikasi Islam tidak berbahaya, karena Salafi menekankan pada perbaikan moralitas umat, peningkatan kuantitas ibadah Sunnah, dan siap berdialog dengan keragaman.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved