Ahli Epidemiologi Sarankan Perlu Waspadai Penyebab Wabah Gatal-gatal Scabies di Pontianak
Menurutnya, terdapat beberapa skabies yang bentuk dan ciri-cirinya berbeda, diantaranya Skabies yang ditularkan melalui hewan.
Penulis: Faisal Ilham Muzaqi | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Kejadian gatal-gatal (scabies) yang menimpa masyarakat di kelurahan Pontianak Barat perlu diwaspadai penangannya dengan cepat dan tepat.
Demikian, pernyataan dari Ahli Epidemiologi sekaligus ketua tim kajian ilmiah Covid-19 Poltekkes Kemenkes Pontianak dan Ketua Muhmamadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) Kalimantan Barat, Dr. Malik Saepudin SKM,M.Kes
"Karena dikawatirkan akan terjadi penularan yang cepat dari orang ke orang. Mengingat bahwa Skabies ini adalah penyakit kulit yang sering menyerupai penyakit kulit lainnya sehingga disebut sebagai The great imitator," kata Malik Saepudin.
Menurutnya, terdapat beberapa skabies yang bentuk dan ciri-cirinya berbeda, diantaranya Skabies yang ditularkan melalui hewan.
Kelainan ini menurutnya, berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak menyerang sela jari dan genitalia eksternal.
Baca juga: SCABIES Penyakit Menular Hebohkan Warga Kota Pontianak! Kenali Gejala dan Cara Sembuhkan Scabies
"Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangan yaitu paha, perut, dada, dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4-8 minggu) dan dapat sembuh sendiri," ujarnya.
Malik menjelaskan, skabies lainnya adalah Skabies Norwegia akibat penurunan daya tahan tubuh (defisiensi imunologik) sehingga meyembabkan system imun tubuh gagal membatasi serangan tungau, dapat berkembang biak dengan mudah.
"Mengingat selama pandemi Covid-19, timbulkan keterbatasan aktifitas fisik, kejenuhan dan pola makan yang tidak bergizi, bisa jadi menimbulkan kerentanan daya tahan tubuh penduduk, sehingga hal ini perlu menjadi bahan kajian dalam kasus ini, Hanya saja Skabies norwegia atau skabies krustosa berbeda dengan skabise biasa yaitu ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, rasa gatal pada penderita scabies Norwegia tidak menonjol tetapi scabies jenis ini sangat menular dikerankan jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan)," jelas Malik Saepudin.
Ia berharap fenomena yang terjadi di Keluarahan Pontianak Barat adalah Skabies biasa.
Baca juga: Penularan Scabies Pada Warga di Pontianak Bukan Dari Hewan Peliharaan Melainkan Jenis Tungau
Secara epidemiologis, menurutnya ada beberapa faktor sebagai resiko timbulnya scabies, diantaranya akibat higene atau kebersihan diri dan lingkungan yang kurang baik yakni, ketresidan air besih yang kurang, air limbah dan sampah rumah tangga yang tidak terkelola dengan baik.
Bahkan, kepadatan hunian juga menjadi sumber penularan scabies.
"Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya, kelembaban dan ventilasi yang kurang baik akan menyebabkan kepadatan penghuni (over crowded), bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit scabies mudah menular kepada anggota keluarga yang lainnya, adanya kandang ternak yang berdekatan dengan rumah tinggal juga merupakan salah satu faktor resiko penularan penyakit scabies, karena scabies pada hewan ternak dapat menulari manusia," ungkapnya.
Hal yang penting dalam upaya pencegahan disampaikannya adalah kebersihan diri.
Malik sangat setuju apa yang disampaikan Kadiskes Kalimantan Barat bebarapa waktu yang lalu yaitu menghimbau kepada masyarakat agar melakukan pembersihan dan penjemuran perabot seperti kasur, bantal, karpet atau permadani di rumah secara berkala, dan kuncinya adalah melaksanakan pola hidup bersih dan sehat.
Menurut Malik, upaya pencegahan yang terpenting pada daerah rawan air menjelang musim kemarau ini, sehingga tidak memungkinkan untuk mandi setiap hari. Kondisi semacam ini perlu dipikirkan dan dicarikan jalan keluarnya.
Baca juga: Apa Itu Penyakit Scabies, Berikut Penjelasan dan Berikut Cara Mencegahnya
"Idealnya, pakaian, seprei, handuk dan sebagainya dicuci dengan baik, yaitu diberi sabun yang mengandung desinfektan atau direndam pada air panas supaya kutu-kutu itu benar-benar mati," lanjutnya.
"Disamping itu, jangan berkontak secara langsung dengan penderita dan jangan saling pinjam-meminjam pakaian atau perlengkapan lain," ujarnya.
Mekipun Skabies ini bukan termasuk penyakit yang dapat menimbulkan wabah sebagaimana tertuang dalam Kepemenkes No. 1501/Tahun 2010, namun karena jumlah dan peningkatan kasus cukup signifikan.
Maka Ahli Epidemiologi menyarankan agar penanganaanya disesuaikan dengan prosdur penanganan Wabah, dengan prinsip lebih cepat lebih baik.
Baca juga: Kasus Scabies Serang Warga Pontianak, Satarudin Minta Pemerintah Peka
"Sebelum api menjalar menjadi lebih besar dan luas, maka upaya yang mudah dan cepat dilakukan adalah menemukan sumber penular dan menemukan kasus baru, serta pengobatan segera," katanya.
Bagi keluarga yang sudah menderita skabies, langkah yang seharusnya dilakukan adalah pengobatan diberikan secara massal dalam suatu keluarga atau satu rumah. Artinya bahwa tidak boleh ada satupun penderita, ini akan menjadi fenomena bola pingpong yaitu akan menjadi sumber penularan kembali bagi yang telah sembuh.
"Semoga kejadian Skabies ini dapat segera ditangani dengan baik dan semua pihak khususunya masyarakat bekerja sama dengan baik dalam penanganan kasus tersebut, serta semoga tidak menyebar luas pada masyarakat lainya," ucapnya. (*)