Komunitas UMKM Borneo Istimewa Bantu Sesama Pelaku Usaha Pasarkan Produk
Sebelum pandemi, pelaku UMKM ada yang sudah banyak menjual produk, bahkan ke luar daerah karena tidak ada pembatasan aktivitas.
Penulis: Rizki Fadriani | Editor: Zulkifli
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Komunitas UMKM Borneo Istimewa ajak pelaku UMKM untuk maju bersama dengan bergabung di komunitas, demi mendapatkan bimbingan dan arahan yang memudahkan para pelaku UMKM untuk memasarkan produknya, Rabu (2/9/2020).
Ketua Komunitas UMKM Borneo Istimewa, Edi Suprianto, menyampaikan jika tentunya pelaku usaha UMKM ingin maju dan mencari wadah agar dapat secara continue belajar mengembangkan bisnis mereka.
Menurutnya, pelaku UMKM butuh arahan dan pendampingan, agar usaha mereka maju dan dapat mengetahui perkembangannya sehingga dapat dimonitor.
Ia menyampaikan jika Komunitas Borneo Istimewa sejak awal mengarahkan pelaku UMKM mengadaptasi dunia digital, karena dunia digital adalah kesempatan besar untuk pelaku UMKM maju di saat perkembangan teknologi sudah seperti ini.
• Peringatan! Bantuan UMKM Rp 2,4 Juta Bisa Ditarik Kembali oleh Pemerintah Jika Hal Ini Terjadi
"Kita punya rumah besar yang disebut website yang aktif memperkenalkan profil usaha dan produk anggota.
Jadi selain mereka kita arahkan untuk masuk ke platform market place yang sudah besar kita juga punya rumah besar sendiri," ungkapnya dalam acara Triponcast (Tribun Pontianak Official Podcast).
Edi juga mengutarakan jika kondisi pandemi seperti saat ini turut menghantam pelaku UMKM, terutama dari sisi pemasaran.
Sebelum pandemi, pelaku UMKM ada yang sudah banyak menjual produk, bahkan ke luar daerah karena tidak ada pembatasan aktivitas.
Namun ketika pandemi menyerang, aktivitas pelaku UMKM terbatas.
Hal ini mengakibatkan produk yang biasanya dibeli dalam jumlah tertentu oleh para konsumen, menurun sangat drastis.
Selain berdampak pada sisi pemasaran, pandemi ini juga menyulitkan para pelaku UMKM dalam management usaha.
Selain dihantam dengan Pandemi, pelaku UMKM juga memiliki tantangan terbesar yang dirasakan hingga kini, yakni terkait dengan mengakses informasi tentang perijinan.
Edi menjelaskan jika memang informasi tentang perijinan hingga saat ini masih sangat minim dan terbatas.
"Apalagi kita berbicara tentang literasi digital.
Ketika misalnya, mereka (pelaku UMKM) harus Googling sendiri mencari tau lebih dalam mengenai informasi, mereka butuh satu pihak lagi yang dapat menjelaskan tentang apa saja yang disiapkan dan berapa besar biayanya, berapa lama prosesnya, itu yang seharusnya mereka dapatkan.