Pengamat Ekonomi Untan Ungkap Penyebab Gas LPG 3 Kilo Langka

Ia mengatakan bahwa kelangkaan yang terjadi bisa saja karena adanya periodesasi pengiriman dari tangker ke depot yang tidak dilakukan terus menerus.

TRIBUN PONTIANAK/DESTRIADI YUNAS JUMASANI
Warga berjubel mengantre untuk membeli satu tabung LPG 3 kilogram dalam operasi pasar LPG 3 Kg di Pasar Kemuning, Jalan M Yamin, Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (27/7/2020) siang. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Pengamat Ekonomi Universitas Tanjungpura (Untan), Ali Nasrun menanggapi  kelangkaan gas elpiji 3 kilo yang terjadi akhir-akhir ini di Kota Pontianak maupun daerah lain di Kalbar.

Ia mengatakan bahwa kelangkaan yang terjadi bisa saja karena adanya periodesasi pengiriman dari tangker ke depot yang tidak dilakukan terus menerus.

Jadi ada periode atau senggang waktu itulah yang membuat ada hilangnya beberapa waktu pada pendistribusian gas.

Selain itu terjadi kepanikan dari warga yang membuat semuanya ikut panik dan ikut turun mengantre gas.

“Itu yang membuat panik. Sebenarnya kalau orang tidak panik akan biasa  saja. Ini kan berita menyebar dari mulut ke mulut ujung-ujung semuanya nyerbu,” ujarnya kepada Tribun Pontianak, Senin (27/7/2020).

Ia mengatakan pada sistem pendistribusian tentu ada terget harian, mingguan atau bulanan.

Pada saat diserbu mendadak akhirnya stok menjadi kurang karena memang pendistribusian tidak dilakukan tiap hari.

Selain itu dirinya mengatakan antrean terjadi di tengah pandemi Covid-19 sangat disayangkan dimana tidak adanya social distancing pada saat mengantre.

“Jadi memang dilematis juga karena panik membuat orang antre dan menyerbu akhirnya membuat kondisi semakin tidak terkendali," ujarnya.

Syarat Beli Gas 3 Kilo Lampirkan Foto Kopi KTP dan Celup Jari Pada Tinta, 1 KTP 1 Tabung LPG 3 Kilo

Pengamat Ekonomi Untan, M Ali Nasrun.
Pengamat Ekonomi Untan, M Ali Nasrun. (TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Claudia Liberani)

Ia mengatakan apabila bisa dilakukan dan apakah memungkinkan jika menggunakan kupon.

Sehingga tidak perlu antre atau mengumpul lagi.

“Jadi begitu ada yang datang langsung beri kupon setelah itu bisa pergi tidak harus langsung diambil disaat itu juga. Intinya warga sudah memegang kupon tersebut untuk ditukarkan gas,” jelasnya.

Akan tetapi sistem tersebut harus yang pasti jangan sampai yang sudah dapat kupon malah tidak mendapatkan gas.

Sehingga perlu disiapkan kartu dengan jumlah gas yang ada dan tidak perlu diambil saat itu juga.

“Jangan sampai ada cerita jual beli kupon karena memang setiap kebijakan ada sisi negatif dan positif,” ujarnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved