Cegah Penularan Covid-19 di Sekolah, Sutarmidji Belum Izinkan Tatap Muka
“Kita sudah masuk pada Zona Pra Pendaftaran siswa baru. Nanti pada 22 Juni 2020 baru ibuka PPDB,
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Gubernur Kalbar Sutarmidji memastikan tidak ada sekolah di Kalbar yang menggelar pertemuan tatap muka hingga 13 Juli mendatang.
Kebijakan ini untuk menjaga anak-anak atau peserta didik dari tertularnya virus corona atau Covid-19.
Tak hanya kegiatan belajar-mengajar di sekolah, kegiatan ekstrakurikuler pun diminta Gubernur Sutarmidji agar tidak memaksakan untuk melaksanakannya secara tatap muka.
"Saya pastikan sampai 13 Juli di Kalbar belum ada sekolah tatap muka. Meskipun arahan dari pusat tahun ajaran baru dari 23 Juni-13 Juli," tegas Sutarmidji, usai membuka Seminar Menuju Normal Baru di Data Analytic Room Kantor Gubernur Kalbar, Sabtu (6/6/2020).
Alasan tidak diperbolehlannya sekolah tatap muka hingga 13 Juli mendatang, menurut Sutarmidji adalah cukup sulit mempersiapkan sekolah dengan pola atau untuk mengajarkan anak-anak beradaptasi dengan tatanan baru.
"Mempersiapkan di sekolah yang sulit. Ini harus diperhatikan betul kita harus menjaga anak-anak kita. Saya pastikan sekolah di kota fasilitas yang dibutuhkan bisa dipenuhi, tapi untuk daerah belum tentu," tambah Sutarmidji.
Bahkan menurutnya, ada kepala daerah di Kalbar yang ingin membuka sekolah saat ini. Namun ia melarang terlebih dahulu karena alasan menjaga kesehatan peserta didik.
"Risiko terlalu besar jika membuka sekolah sekarang ini. Perhatian sangat serius kita lakukan pada bidang pendidikan ini, karena kita harus melindungi anak-anak kita," ucapnya.
• Pasien Berusia 54 Tahun Positif Covid-19, Berikut Penjelasan Dinas Kesehatan Kapuas Hulu
Selain itu, ia juga meminta pada jajaran Dinas Pendidikan serta pihak sekolah untuk menjaga psikologis anak. Jangan sampai situasi yang ada saat ini malah membuat mereka tidak nyaman.
"Saya sudah berpesan pada jajaran Dinas Pendidikan jaga psikologis anak. Kalau boleh, naikkan kelas semua anak-anak," kata mantan Wali Kota Pontianak dua periode ini.
Ia juga menjelaskan akan melakukan sinkroninsasi antara pendidikan tatap muka dan melalui internet. "Pokoknya perhatian yang paling khusus itu di bidang pendidikan," ungkapnya.
Pada kesempatan itu pula Gubernur Sutarmidji mengharapkan agar pemerintah pusat memperhatikan penerapan new normal. Ia menegaskan jika dilakukan penerapan new normal, maka harus disamakan pemahaman atau persepsi dari pusat hingga daerah.
Pasalnya ini berkaitan dengan masalah kesehatan masyarakat serta perilaku hidup sehat. Protapnya cukup dari Kementerian Kesehatan saja, jangan adalagi protap yang dibuat oleh kementerian lainnya.
"Untuk di Kalbar kita terus persiapkan dengan melihat data dan perkembangan kasus. Apabila terjadi peningkatan maka kembali pada pengetatan. Kita setiap hari melihat perkembangan data-data yang ada, kita tidak melepas begitu saja," tegas Sutarmidji.
Dihubungi terpisah Kepala SMA Negeri 9 Pontianak, Ibrahim, menyampaikan bahwa sangat mendukungn dengan apa yang telah disampaikan oleh Gubernur Kalbar Sutarmidji, bahwa pada tahun ajaran baru sekolah belum melaksanakan pembelajaran tatap muka di Kalbar.
Ia sebagai kepala SMAN 9 Pontianak mengatakan apa yang menjadi keputusan Gubernur saat ini sudah sangat tepat. “Pada 13 Juli 2020 menurut Pak Gubernur jangan dulu diputuskan untuk masuk sekolah tapi tetap belajar menggunakan daring,” ujarnya.
Ia mengatakan bahwa tahun ajaran baru belum belajar tatap muka apabila mengacu pada apa yang telah disampaikan Gubernur Kalbar.
“Hanya saja kami sebagai sekolah pelaksana memang di BOS dibenarkan untuk membelanjakan untuk kebutuhan Pencegahan Covid-19 dan di sekolah kita sudah siapkan seperti kran air, sabun cuci, dan masker,” jelasnya.
• Angeline Fremalco Ketua Panitia Bulan Bung Karno di Kalbar
Ia juga mengatakan bahwa di SMAN 9 juga sudah disiapkan termometer untuk pengukur suhu tubuh siswa maupun guru. “Kita dukung semuanya, ketika gubernur melihat bahwa 13 Juli masih beresiko dan kami ikut keputusannya,” ucapnya.
Ia akui memang sejauh ini belum ada rapat atau keputusan terkait hal tersebut. Namun ia katakan semua akan diserasikan dan saat ini juga sedang berlangsung ulangan umum dan dilanjutkan dengan PPDB.
“Kita sudah masuk pada Zona Pra Pendaftaran siswa baru. Nanti pada 22 Juni 2020 baru dibuka PPDB,” ucapnya.
Ia mengatakan PPDB juga tetap mengikuti Protap Covid-19. Ia tegaskan tidak ada satu titik pun sebagai kepala sekolah tidak menyetujui keputusan yang telah di ambil oleh Kepala Daerah.
“Saya sangat mendukung, tapi ketika ada unsur pendidikan yang tidak mendukung itu kelewatan sekali,” pungkasnya.
Terkait diperpanjangnya masa belajar dari rumah akibat pandemi Covid-19, Kepala SMPN 1 Ketapang, Rosita, memastikan tidak akan ada aktivitas tatap muka hingga 13 Juli 2020 mendatang.
Hal tersebut disampaikannya karena mengacu pada surat edaran yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Ketapang terkait perpanjangan masa belajar dari rumah hingga 20 Juni 2020 dan dilanjutkan dengan libur akhir tahun pelajaran 2019/2020 dari 22 Juni hingga 11 Juli mendatang.
Rosita belum bisa memastikan kapan sekolahnya akan melaksanakan pembelajaran tatap muka, meskipun pada 13 Juli nanti sudah masuk tahun ajaran baru.
"Masuk kembali tanggal 13 Juli. Setelah itu apakah akan ada tatap muka, itu pun saya belum tahu," jelasnya.
Rosita menjelaskan, pada pekan ini masa belajar bagi siswanya akan berakhir dan dilanjutkan dengan libur akhir tahun pelajaran hingga Juli mendatang.
"Mulai Senin kelas 7 dan 8 sudah tidak ada pembelajaran di rumah lagi, karena Sabtu ini terakhir pengambilan nilai," tambahnya.
Dalam pelaksanaan belajar dari rumah, Rosita mengungkapkan jaringan internet masih menjadi kendala bagi siswa-siswanya. Hal itu membuat beberapa siswa tidak dapat mengikuti pembelajaran dan mengumpulkan tugas sekolah.
"Tidak semua anak mengikuti dan mengumpulkan tugas. Ada beberapa anak yang mudik dan di sana sulit sinyal," tandasnya.
Sementara itu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menegaskan, hanya sekolah di zona hijau yang dapat kembali membuka pengajaran secara tatap muka di tengah pandemi virus corona (Covid-19).
Artinya sekolah tersebut dapat kembali buka untuk menerapkan kegiatan belajar mengajar. Meski begitu, waktu dimulainya tahun ajaran baru belum diputuskan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim.
"Hanya sekolah di zona hijau yang dapat membuka sekolah dengan tatap muka. Tanggal pastinya menunggu pengumuman Mendikbud," ujar Plt Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Hamid Muhammad saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (4/6) lalu.
Sebelumnya kegiatan belajar mengajar memang dilakukan di rumah selama pandemi Covid-19. Namun, menjelang normal baru di sejumlah wilayah, opsi membuka kembali sekolah menjadi perhatian.
Hamid menegaskan kembalinya siswa ke sekolah dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Hal itu untuk mencegah penyebaran Covid-19 di lingkungan sekolah.
"Jaga jarak, pakai masker, jaga kebersihan, maksimal 15 hingga 18 siswa per kelas," terang Hamid.
Sementara untuk daerah yang masih berada pada zona kuning, oranye, dan merah, tetap akan melakukan kegiatan belajar dari rumah. Asal tahu saja, Kemendikbud bersama Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) menyusun materi pengayaan pendukung kegiatan belajar dari rumah.
Data SPAB per 27 Mei 2020 menunjukkan sebanyak 646.000 satuan pendidikan terdampak Covid-19. Sedangkan jumlah siswa terdampak mencapai 68.801.708 siswa.
Siswa tersebut melaksanakan kegiatan belajar dari rumah. Dari hasil survei singkat Seknas SPAB pada bulan April 2020, sebanyak 30,8 persen responden mengalami kendala belajar dari rumah dikarenakan koneksi jaringan internet.
Kemendikbud telah menerbitkan Surat Edaran Sekretaris Jenderal Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Belajar dari Rumah Selama Darurat Bencana Covid-19 di Indonesia.
Sekretaris Jenderal (Sesjen) Kemendikbud Ainun Na'im mengungkapkan bahwa kegiatan belajar dari rumah (BDR) dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan kurikulum.
Ainun menambahkan, belajar dari rumah tidak harus selalu dijalankan secara online. Bisa pula menggunakan kegiatan offline seperti televisi dengan menonton siaran Belajar dari Rumah di TVRI, radio, serta buku ataupun modul belajar mandiri dan lembar kerja.
Ragam aktivitas dan penugasan selama belajar dari rumah sangat bervariasi. Hal itu disesuaikan dengan daerah, satuan pendidikan, dan juga peserta didik.
"Disesuaikan dengan minat dan kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses terhadap fasilitas," jelas Ainun.
Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak
Update Informasi Kamu Via Launcher Tribun Pontianak Berikut: