Wabah Virus Corona

WARNING FBI - Peretas China Afiliasi ke Pemerintah Coba Curi Data Vaksin Covid-19 Baru dari Amerika

Kedua lembaga Amerika Serikat (AS) ini menyebutkan organisasi yang meneliti virus corona baru berisiko menghadapi "penargetan dan jaringan.

(Pixabay/TheDigitalArtis Via Surya.co.id)
Ilustrasi hacker (Pixabay/TheDigitalArtis Via Surya.co.id) 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, WASHINGTON - Peringatan atau warning disampaikan Federal Bureau of Investigation (FBI) dan Cybersecurity and Infrastructure Security Agency (CISA), pada Rabu (13/5/2020) kemarin.

Lembaga investigasi Amerika Serikat tersebut mengeluarkan peringatan adanya percobaan peretas China yang diduga berafiliasi ke pemerintah berusaha mencuri data perawatan dan vaksin virus corona baru.

Kedua lembaga Amerika Serikat (AS) ini menyebutkan organisasi yang meneliti virus corona baru berisiko menghadapi "penargetan dan jaringan membahayakan dari Republik Rakyat China" tersebut.

Mereka memperingatkan, aktor dunia maya yang berafiliasi dengan Pemerintah China dan lainnya sedang berusaha untuk mendapatkan hal tersebut.

KABAR BURUK dari WHO, Covid-19 Mungkin Tidak akan Pernah Hilang, Temukan Virus Jenis Baru

Data tersebut terkait dengan "kekayaan intelektual dan data kesehatan masyarakat yang berharga terkait dengan vaksin, perawatan, dan pengujian dari jaringan dan personel yang berafiliasi dengan penelitian terkait Covid-19".

"Upaya China untuk menargetkan sektor-sektor ini menimbulkan ancaman signifikan terhadap respons negara kita terhadap Covid-19," kata FBI dan CISA dalam pernyataan bersama seperti dilansir Channelnewsasia.com dikutip Kontan.co.id.

Hanya, kedua lembaga itu tidak memberikan bukti atau contoh untuk mendukung tuduhan tersebut.

Yang jelas, peringatan itu menambah bahan bakar untuk perang Washington dengan Beijing terkait wabah virus corona yang bermula dari China dan telah menewaskan sedikitnya 293.000 di seluruh dunia serta lebih dari 83.000 di AS.

Sebelumnya, Presiden Donald Trump menuduh China menyembunyikan asal-usul virus corona dan tidak bekerjasama dengan AS dan negara-negara lain dalam upaya untuk meneliti serta memerangi penyakit tersebut.

Polisi dan Satgas Covid-19 Lumar Semprot Cairan Disinfektan Fasilitas Umum dan Rumah Warga

Mengutip Channelnewsasia.com, Trump ditanya pada Senin (11/5) tentang laporan peretas China menargetkan penelitian vaksin AS.

"Apa lagi yang baru dengan China? Apa lagi yang baru? Katakan pada saya. Saya tidak senang dengan China," jawab Trump.

Peringatan FBI dan CISA pada Rabu (13/5) juga menggarisbawahi, Washington percaya China telah melanjutkan upaya luas untuk memperoleh rahasia komersial dan teknologi AS dengan segala cara, yang mungkin di bawah dorongan Presiden Xi Jinping, untuk menjadikan negaranya pemimpin teknologi dalam dekade ini.

Pada Februari lalu, Departemen Kehakiman AS mendakwa empat personel militer China yang dicurigai meretas basis data lembaga pemeringkat kredit Equifax, berupa data pribadi 145 juta orang Amerika.

Baru-baru ini AS juga mendakwa sejumlah akademisi dengan kejahatan yang berkaitan dengan upaya yang diduga dilakukan, baik oleh warga negara AS maupun China.

Pada Senin (11/5), Departemen Kehakiman mengumumkan penangkapan profesor teknik Universitas Arkansas, Simon Ang Saw-Teong karena menyembunyikan ikatan dengan pemerintah dan universitas-universitas China ketika ia mengerjakan proyek-proyek yang didanai oleh NASA.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved