Tren Kasus Kekerasan pada Perempuan Meningkat, LBH PIK: Butuh Sinergi Bersama
kekerasan revenge porn yang kerap terjadi saat perpisahan. Setelah hubungan berakhir pihak pria dalam beberapa kasus mengancam mantan pasangan
Kendala lainnya yaitu terletak pada korban. Masih banyak yang merasa malu dengan masalah yang dihadapinya, keyakinan korban bahwa si pelaku masih mencintainya dan bukan memanfaatkannya, serta saksi yang sulit dicari, banyak saksi yang tahu masalah tersebut tapi tak ingin berurusan dengan polisi.
Oleh sebab itu jadi tugas besar bagi Tuti dan teman-teman bagaimana melakukan pencegahan dan semua orang mendapat informasi tentang kekerasan perempuan dan ana, apa yang harus mereka lakukan ketika mengalami kekerasan, kepada siapa melapor dan bagaimana melapor.
Serta memastikan proses penanganan dari awal sampai akhir terutama proses hukum dan mendapatkan perlindungan setelah itu.
Tak hanya pemerintah dan lembaga, media juga punya andil dalam mengurangi kekerasan perempuan dan anak. Hal tersebut diutarakan oleh Reni.
“Kami sangat terbantu dengan adanya media, membantu memberitakan beberapa peristiwa kekerasan. Mungkin bisa dipertimbangkan untuk membantunya secara berkala, jadi teman-teman media memberi ruang untuk isu kekerasan perempuan,” harap Reni.
Namun di lain sisi Reni berharap agar bahasa yang digunakan untuk menggambarkan situasi kejadian yang dialami korban tidak terlalu vulgar sehingga tidak membuat orang membayangkannya ketika membaca.
Reni juga memberi saran kepada teman-teman jurnalis untuk memberi imbauan di akhir tulisan yaitu mengajak membantu korban untuk melindungi dan mendapatkan haknya.
Tuti juga memberikan masukan kepada beberapa media yang menulis berita namun justru memojokkan korban.
“Tolong wajah jangan ditampilkan, tidak membesar-besarkan suatu berita dan diangkat terus menerus. Korban terkadang tak siap dengan pemberitaan seperti itu,” ujar Tuti.
Jika memang berkomitmen terhadap penuntasan kepada perempuan, maka semua pihak perlu ada gerakan bersama-sama untuk menumbuhkan kepekaan, karena perempuan yang menghadapi kekerasan tak sedikit yang mendapat stigma di masyarakat. (sya)