Pontianak di Waktu Malam - Catatan Ringan Syafaruddin Usman

Kota ini seakan mencari bunyi setelah sekian waktu berusaha sepi dan senyap sunyi dari kebisingan bunyi.

TRIBUN PONTIANAK/ANESH VIDUKA
Suasana sore menjelang petang di trotoar Jalan A Yani, kawasan taman Digulis, Pontianak. 

Aparat pun sigap. Semua orang pun gagap. Dan kerumunan itu seolah gugup, padahal mereka memang tak demikian itu.

Mereka sudah tahu ada larangan. Namun tetap saja seakan tak pernah ada pengetahuan bahwa di bumi saat ini sedang tak ada kedamaian.

Semesta jagatraya tengah berduka, tapi orang-orang ini masih saja bercengkerama.

Siang kemarin, di pasar ikan, banyak orang berjejalan. Meski pulang tak bawa banyak belanjaan.

Kupikir mereka hanya setormuka atau tak afdal bila tidak ke pasar.

Pun juga para anak usia belia, masih saja menantang maut: berpestapora dengan minuman kerasnya. Sampai-sampai corona pun jijik mendekatinya seketika.

Begitulah malam di Pontianak. Tak juga sunyi tapi tidak pula tak sepi.

Namun hatinurani banyak manusia lain diliput ketakutan.

Mereka gundah, resah dan payah. Tantangan hidup menjadi kisah yang akan diceritakan kelak pada masanya ke anakcucu.

Memang kini orang seolah memandang, sebuah sejarah sedang tidak ada. Atau, malapetaka Covid 19 ini bukan sebuah riwayat. Kupikir jika mereka begitu, sangatlah keliru.

Terlihat olehku di malam tadi, aparat berjibaku untuk menyelamatkan banyak orang.

Sekalipun orang-orang itu tak terima untuk diselamatkan. Nyatanya mereka tetap saja berkerumunan.

Dan di salah satu penjuru kota ini, anak-anak usia sekolah dasar, masih menganggap malam ini adalah tengah hari yang tak pernah ada kejadian.

Mungkin ayah bunda mereka terlupa mengingatkan di luar sana petaka sedang menganga.

Dan kerumunan anak-anak itu pun berhadapan satu sama lain, saling memukulkan tinjunya. Mereka berkelahi.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved