Pontianak di Waktu Malam - Catatan Ringan Syafaruddin Usman

Kota ini seakan mencari bunyi setelah sekian waktu berusaha sepi dan senyap sunyi dari kebisingan bunyi.

TRIBUN PONTIANAK/ANESH VIDUKA
Suasana sore menjelang petang di trotoar Jalan A Yani, kawasan taman Digulis, Pontianak. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Covid 19 dengan persebaran virus Corona menjadi malapetaka dunia.

Permukaan bumi sunyi senyap sepi.

Dunia seakan muram kelam suram hitam.

Ibukota negara tak ubah kotamati. Siang dan malam sama saja, sepi senyap sunyi.

Kota ini seakan mencari bunyi setelah sekian waktu berusaha sepi dan senyap sunyi dari kebisingan bunyi.

Namun Pontianak ternyata tak serupa itu.

Malam di sini masih serupa malam di hari dulu. Tak terlampau sepi, tidak dapat disebut kota mati.

Namun, orang-orang saling ketakutan pada diri sendiri. Seakan kematian sedang menghampiri.

Sekalipun begitu, banyak juga yang menantang kematian yang dikatakan tengah menghampiri.

Masih saja malam seperti siang. Tak terlalu mengindahkan mereka yang bertarung dan bertaruh nyawa untuk kelanjutan hidup manusia di kota ini.

Di mana-mana aparat bersiaga. Bukan untuk sebuah peperangan, tapi buat kemanusiaan.

Sayangnya, banyak manusia yang ingkar. Tapi aparat tak putusasa untuk membawa manusia di kota ini ke dalam kehidupan yang normal.

Di sudut kota tua ini, malam tadi, juga malam sebelumnya, mungkin jadi esok malam lagi, masih banyak kerumunan orang yang tak hirau.

Apa yang mereka cari? Bukan beras, tak juga susu, ataukah lainnya, kecuali berkerumunan dan masih saja menganggap dunia sedang tidak apa-apa.

Selewat kedip mata malam tadi kulihat di kawasan yang dulunya lintasan elit Pontianak di masa kolonial, orang-orang berkerumunan mengingatkan pada tingkah laku sangat sedikit sinyo dan noni bule abad lampau di Kota Tanah Seribu ini.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved