Virus Corona Masuk Kalbar
ALASAN Pontianak Mungkin Diterapkan PSBB Menurut Sutarmidji dan Edi Kamtono, Warga Nilai Tak Efektif
Ada beberapa indikator yang menjadi tolak ukur suatu daerah atau wilayah diberlakukan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar ( PSBB ).
Penulis: Rizky Zulham | Editor: Rizky Zulham
Kemudian, tiga orang lainnya merupakan warga Kota Pontianak.
Satu warga Singkawang dan satu lagi warga Kayong Utara.
Sedangkan untuk riwayat mereka, dua orang tercatat baru pulang dari Sulawesi Selatan dalam beberapa waktu terakhir.
Dan untuk warga Kayong Utara yang positif riwayatnya baru saja kembali dari India.
Selanjutnya, satu warga Pontianak yang dinyatakan positif corona mempunyai riwayat dari Entikong, Kabupaten Sanggau.
Dari total 21 kasus positif di Kalbar, tiga orang lainnya dinyatakan meninggal dunia.
Bahkan mereka meninggal sebelum hasil lab atau tes swab keluar.
Warga Nilai Tak Efektif
Sejumlah masyarakat Kota Pontianak menilai Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kota Pontianak, Kalimantan Barat tak efektif.
Masyarakat menilai apabila penerapan PSBB dilakukan tentunya akan berdampak sangat besar terhadap kehidupan masyatakat, terutama dibidang perekonomian dan bahkan kondisi sosial lainnya.
"Penerapan PSBB enggak efektif," kata Fathur Rahman (45) yang keseharaiannya bekerja sebagai driver Ojek Online (Ojol), saat di wawancara Wartawan Tribun, Jumat (17/4/2020).
Demikian juga dikatakannya apabila pemerintah ingin menerapkan PSBB tentu semua harus dilakukan secara merata.
"Tutup pelabuhan, bandar udara (spadio) dan batu layang biar tdak ada yang masuk. Lockdown saja semuanya jangan hanya di kota. Tutup saja di batu layang, supadio dan pelabuhan," katanya.
Tak hanya itu, Rahman pun mengungkapkan apabila penerapan PSBB dilakukan, tentunya pemerintah harus mempersiapkan bantuan terhadap masyarakat.
"Intinya pemerintah kalau mau tutup total, distribusikan langsung dulu, bantuan bahan pokok dan penuhi kebutuhan masyarakat. Biar mati disitu makan pun disitu," bebernya.
Ia pun mengatakan agar tak harus mengikuti kondisi yang seperti diluar negeri yang menerapkan PSBB.
Diakuinya semenjak adanya covid-19 kondisi perekonomiannya menurun secara drastis yang diakibatkan oleh covid-19.
"Kondisi ekonomi menurun secara drastis 70 persen semenjak covid-19, karena banyak restoran, cafe dan tempat lainnya ditutup dan ditambah lagi jalan Gajah Mada ditutup, tapi makasih juga ke Dishub karena driver masih bisa masuk," paparnya.
Hal yang senada disampaikan oleh Eko (42), menurutnya boleh saja pemerintah menerapkan PSBB, namun harus dilakukan secara menyeluruh dalam artian tidak hanya di Kota Pontianak saja.
Diakuinya, apabila penerapan PSBB dilakukan tentu akan berdampak terhadap pekerjaan dan perekonomian masyarakat akan menurun secara sangat drastis.
Lebih lanjut, Eko dengan sapaan akrabnya Pakde itu mengungkapkan bahwa transportasi merupakan keutamaan bagi driver ojol dalam mencari rezeki untuk menafkahi dan memenuhi kebutuhan hidup.
"Kami menggantungkan hidup dari ini saja, transportasi jalan utama bagi kami,".
"Jadi kalau misalnya jalan ditutup imbasnya kepada semuanya.
Anak dan istri kami juga, karena kami butuh makan dan kalau jalan ditutup mau dapat dari mana," kata Pakde sapaan akrabnya.
Diakui Pakde sejak adanya wabah covid-19 ini sistem kerja untuk mendapatkan orderan terpaksa harus banting tulang dan banyak bersabar.
Sebab lanjutnya, jam kerja yang dimulai sejak pukul 06:00 pagi hingga 21:00 malam, hanya bisa mendapatkan insentif sebesar Rp 17 ribu.
Pakde pun mengutarakan agar pemerintah maupun konsumen bisa saling memahami terhadap kondisi sosial ekonomi yang dialami oleh masyarakat terkhusus para driver ojol.
"Bukannya enggak mau ikut aturan pemerintah, tapi harus lebih peduli dan kepada konsumen mohon orderannya jangan dicancel pahami kami," kata Pakde.
"Karena biasanya hujan-hujan kami masih di jalan dan bahkan pernah kami jalan kaki ngantar barang karena jalan di gang itu ditutup," pungkasnya.