Virus Corona Masuk Kalbar
Paolus Hadi Sebut 40 Orang di Sanggau Berstatus Dalam Pemantauan
Disamping itu juga seluruh petugas puskesmas sudah kita beri pengetahuan terkait dengan ketika mereka melakukan penyuluhan
Penulis: Hendri Chornelius | Editor: Jamadin
SANGGAU - Bupati Sanggau, Paolus Hadi menyampaikan, Sebanyak 40 orang di Kabupaten Sanggau berstatus dalam pemantauan.
Akan tetapi yang suspeck corona sampai hari ini belum ada.
"Yang 40 orang ini dipantau, yang dirawat tidak ada. Kita masih lihat terus perkembangan, nanti kalau memang ada pasti akan disampaikan,"kata Paolus Hadi, saat menggelar konfrensi pers di Aula Kantor Bupati Sanggau, Senin (16/3/2020).
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau, dr Jones Siagian menyampaikan, Kita sudah melaksanakan persiapan-persispan terkait dengan kompetensi Puskesmas tentunya.
"Seperti kita ketahui bahwa puskesmas ini fokus pada upaya-upaya pemantauan. Jadi pemantauan warga masyarakat kita yang pernah kontak dengan orang-orang yang penderita covid-19 yang positif," kata Jones Siagian.
• Dampak Corona, DPRD Kalbar Sepakat Stop Perjalanan Keluar Kota Sementara Waktu
Jones Siagian menambahkan, apa yang dilakukan sebenarnya tidak perlu banyak peralatan-peralatan. Yang pasti kita sudah menyiapkan seluruh Puskesmas kita punya petugas epidemiologi untuk melakukan standart-standart pemantauan itu.
"Kalau kita misalnya ketemu dengan orang yang sudah katakanlah terpapar tapi belum menimbulkan gejala, itu tadi namanya orang dalam pemantauan
(ODP). Sekarang ada 40 orang yang kita pantau, dan tersebar dibeberapa kecamatan,"ujar Jones Siagian.
Mereka terus kita pantau dan kemudian kalau tidak ada gejala dan selesai 14 hari maka mereka bebas. Jika sudah ada gejala maka segera kita kirim ke rumah sakit untuk dilakukan tindakan-tindakan selanjutnya sebagaimana SOP yang sudah ada.
"Disamping itu juga seluruh petugas puskesmas sudah kita beri pengetahuan terkait dengan ketika mereka melakukan penyuluhan," ujar Jones Siagian.
Sementara itu, Dokter RSUD M Th Djaman Sanggau, dr Leonard Pardede SpPD menambahkan
Pasien jika berobat biasanya masuk ke UGD terlebih dahulu.
Untuk itulah ia mengaku bahwa sudah menyampaikan ke berapa dokter umum di UGD setiap pasien yang demam dan ada riwayat sumber kontak ke daerah yang positif covid-19.
"Jadi ciri-ciri nya itu ada demam, jadi virus itu bisa menyamar dengan gejala-gejala dalam keadaan yang begitu kita tidak bisa deteksi. Sekarang yang paling sering itu awal masuk dengan demam, hari pertama sampai ketiga itu demam. Nah kalau ada demam pasien masuk IGD saya sudah ingatkan kawan-kawan, tanya dia dari mana, riwayat berpergian sebelumnya selama 14 hari ini,"jelas Leonard Pardede.
"Kalau Jakarta harus tetap langsung bergerak, artinya harus difoto rongsen. Kalau foto rongsenya nanti ada dinyatakan oleh dokter radiologi bahwa itu ada pneumonia maka pasien harus dirawat," tambah Leonard Pardede
Jika harus dirawat maka ada istilah namanya pasien dalam pengawasan. Kalau misalnya dia baru pergi dari tempat yang banyak faktor kontak (Termasuk Sarawak atau Jakarta) kemudian foto rongsen bagus tidak ada pneumonia maka pasien itu diberlakukan dengan orang dalam pemantauan.
"Kalau umpamanya pasien dalam pengawasan dirawat di rumah sakit kelanjutannya adalah harus dirujuk ke rumah sakit rujukan. Ada RS Soedarso, RS di Sintang, Singkawang dan Ketapang,"ujar Leonard Pardede.
Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak
Update Informasi Kamu Via Launcher Tribun Pontianak Berikut: