Hidup Sebatang Kara, Mbah Mirah Bertahan Berkat Uluran Tangan Tetangga

Saya tetangganya. Mbah mirah tidak punya anak. Keluarganya juga ndak ada. Beliau sudah lama di Sintang. Ndak tau berapa lama,

Penulis: Agus Pujianto | Editor: Jamadin
TRIBUN PONTIANAK/ Agus Pujianto
Mbah Mirah (60) terbaring di RSUD Ade M Djoen, Sintang. Nenek yang hidup sebatang kara ini menderita diabetes. 

Bisul yang dideritanya semakin membesar dan sudah mengeluarkan bau tak sedap. Selain itu, Mbah Mirah juga menderita diabetes.

Ketua RT 03/Rw 01 Kelurahan Mengkurai, Supriyono mengungkapkan selama ini Mbah Mirah hidup sebatang kara pasca suaminya meninggal dunia tinggal di rumah papan berlantai tanah berukuran 5x4. Rumah dihuni Mbah Mirah berdiri di atas tanah warga sejak 10 tahun terkahir.

“Saya tidak tahu persisnya sejak kapan. Saya sudah 7 tahun di sini, beliau sudah ada,” kata Supriyono kepada Tribun Pontianak, Kamis (5/3).

Mbah Mirah dirujuk ke RSUD Ade M Djoen sejak Jumat lalu setelah rapat bersama warga RT setempat.

Sebelum dirujuk ke rumah sakit, kondisi Mbah Mirah memperihatinkan. Tubuhnya lemas. Tidurnya bahkan asal tergeletak di lantai. “Kadang dia tidur di kasur kalau dia mampu. Sebelum dibawa ke rumah sakit, tetangga bantu, dimandikan dulu. Soalnya bisulnya sudah mengeluarkan bau tak sedap,” ungkapnya.  

Kondisi rumah Mirah: Seperti inilah kondisi rumah Mbah Mirah  warga Gang Mandiri, Kelurahan Mengkurai, Sintang, hidup sebatang kara setelah suaminya meninggal dunia beberapa tahun lalu. Saat ini, lansia berusia 60 tahun tersebut dirawat di RSUD Ade M Djoen sejak sepekan terkahir.
Kondisi rumah Mirah: Seperti inilah kondisi rumah Mbah Mirah warga Gang Mandiri, Kelurahan Mengkurai, Sintang, hidup sebatang kara setelah suaminya meninggal dunia beberapa tahun lalu. Saat ini, lansia berusia 60 tahun tersebut dirawat di RSUD Ade M Djoen sejak sepekan terkahir.

Keputusan membawa Mbah Mirah ke rumah sakit atas persetujuan warga setempat. Semula, warga RT 03 rapat untuk mencari tahu keluarga Mbah Mirah supaya ketika dilarikan ke rumah sakit, ada yang menjaganya. “Saya bingung kalau misalkan dibawa ke rumah sakit siapa yang nunggu. Abis itu kami rapat. Dapat informasi beliau tidak punya keluarga, dan anak juga,” katanya.

Akhirnya, warga setempat mencari orang yang bersedia menjaga Mbah Mirah selama perawatan. Daryono menyetujui.

“Dia pernah tinggal sama almarhum suami Mbah Mirah, ibarat temanya,” ujar Supriyono.

Layanan Baik

Dua anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sintang menyempatkan diri menjenguk Mbah Mirah yang dirawat di RSUD Ade M Djoen, Kamis (5/3). Santosa dan Lim Hie Soen datang dan melihat langsung kondisi warga Mbah Mirah, warga Gang Mandiri, Kelurahan Mengkurai, Sintang, hidup sebatang kara menderita diabetes.

“Kondisinya memperhatinkan,” kata Santosa, Ketua Komisi A DPRD Sintang.

Menurut Santosa, sudah kewajibannya sesama mahluk sosial harus saling mendukung dan memperhatikan sesamanya apabila ada yang tertimpa musibah. “Ini menjadi kewajiban kita, apalagi kami wakil rakyat harus lebih memperhatian orang seperti Mbah Mirah,” ungkapnya.

Semula, Santosa sempat berfikir negatif terhadap pelayanan rumah sakit terhadap Mbah Mirah. Namun, setelah melihat dan berbincang langsung dengan petugas yang merawatnya, Santosa bersyukur pelayanan rumah sakit sesuai dengan prosedur.

Kirimkan Paket Narkoba Tembakau Gorilla, AS Digaji Rp 5 Juta Per Bulan

“Kita bersyukur pihak rumah sakit menangani secara baik, sesuai prosedur, dokter sudah memeriksa. Dokter akan memeriksanya lagi, apakah akan dilakukan operasi, atau hanya dibersihkan lukaya. Cuma memang terkait obat yang tidak tersedia di rumah sakit tentu dibeli di luar,” kata legislator PKB ini.

Santosa mengimbau masyarakat untuk bersama-sama membantu meringankan beban Mbah Mirah yang hidup sebatang kara yang saat ini dirawat di rumah sakit.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved