Hidup Sebatang Kara, Mbah Mirah Bertahan Berkat Uluran Tangan Tetangga

Saya tetangganya. Mbah mirah tidak punya anak. Keluarganya juga ndak ada. Beliau sudah lama di Sintang. Ndak tau berapa lama,

Penulis: Agus Pujianto | Editor: Jamadin
TRIBUN PONTIANAK/ Agus Pujianto
Mbah Mirah (60) terbaring di RSUD Ade M Djoen, Sintang. Nenek yang hidup sebatang kara ini menderita diabetes. 

SINTANG - Mbah Mirah, hidup sebatang kara diusia senja. Warga yang tinggal di Gang Sejahtera, Kelurahan Kapuas Kanan Hilir, Kecamatan Sintang tak punya anak dan sanak keluarga. Sementara, suaminya sudah meninggal beberapa tahun lalu.

Saat ini, lansia berusia 60 tahun ini terbaring tak berdaya di RSUD Ade M Djoen Sintang tanpa dampingan keluarga.

Dia menderita sakit diabetes. Beruntungnya, masih ada tetangga Mbah Mirah yang mengikhlaskan waktu dan tenaganya untuk menemani Mbah Mira selama dirawat di rumah sakit.

Sudah hampir sepekan Mbah Mirah dirawat di rumah sakit. Dia dirujuk oleh warga ke rumah sakit setelah penyakitnya tak kunjung sembuh. Jangankan untuk duduk, berdiri pun tak mampu.

VIDEO: Warga Pontianak dan TKA dari Ketapang Diisolasi di RSUD Soedarso, Ini Kata Harrison

“Awalnya demam, terus ada bisul. Oleh tetangga dibawa ke puskemas terus dibawa pulang. Tapi ndak sembuh-sembuh,” ujar Daryono ditemui di RSUD Ade M Djoen, Kamis (5/3/2020).

Daryono dan istrinya, Manise merupakan warga setempat yang merelakan waktunya menjaga Mirah selama dirawat di rumah sakit, meski tidak ada hubungan keluarga. Daryono rela tidak bekerja hanya demi Mbah Mirah. “Warga ndak tahu lagi siapa orang yang mau menjaga Mbah Mirah di rumah sakit. Karena beliau tidak ada sanak keluarga,” ungkapnya.

Kondisi Mbah Mirah di rumah sakit terlihat memperihatinkan. Tubuhnya ditutupi kain jarit dan sarung. Dia tidak banyak bergerak. Ketika diajak berkomunikasi, tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya.

Menurut Daryono, bisul yang diderita Mbah Mirah semakin membesar dan mengeluarkan nanah. Bahkan, sudah mengeluarkan aroma tak sedap.

Sehari-hari, Mbah Mirah tinggal di rumah papan berukuran 5x4. Rumahnya kata Daryono, sudah tidak layak huni. “Tinggal sendiri. Rumah papan sebagian hancur. Bangunan milik sendiri, tapi tanahnya numpang,” ungkapnya. “Rumahnya seperti kandang sapi itu lah.”

Mbah Mirah, tinggal sebatang kara di rumah tak layak huni tersebut. Dia tidak punya keturunan atau pun keluarga di Sintang. Suaminya sudah meninggal dunia. “Beliau tidak bekerja. Untuk sehari-hari dari uluran tangan tetangga,” ungkapnya.

Sepengetahuan Daryono, Mbah Mirah sudah lama berada di Sintang. Hanya, dia tidak tahu kapan persisnya.

“Saya tetangganya. Mbah mirah tidak punya anak. Keluarganya juga ndak ada. Beliau sudah lama di Sintang. Ndak tau berapa lama,” ujar Daryono

Daryono tidak tahu berapa lama harus menemani Mbah Mirah. Sepanjang waktunya masih dibutuhkan, dia akan berupaya untuk menemani Mbah Mirah di rumah sakit. “Tadi malam Beliau ndak bisa tidur. Pangil-pangil kami. Minta matikan lampu,” katanya. 

Rumah Mirip Gubuk

Mbah Mirah, warga Gang Mandiri, Kelurahan Mengkurai, Sintang, hidup sebatang kara setelah suaminya meninggal dunia beberapa tahun lalu. Saat ini, lansia berusia 60 tahun tersebut dirawat di RSUD Ade M Djoen sejak sepekan terkahir.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved