Wawancara Ekslusif

Prinsip Hidup Kepala Sekolah yang Cabuli 11 Siswa: Masuk Kandang Domba Jadi Domba! Istrinya Tak Tahu

IS yang diduga mencabuli 11 siswa laki-lakinya di sekolah pada April lalu meminta maaf kepada siswa dan orangtua korban.

Penulis: Alfon Pardosi | Editor: Marlen Sitinjak
GRAFIS TRIBUN PONTIANAK/ANDHIKA PRASETYO
Prinsip Hidup Kepala Sekolah yang Cabuli 11 Siswa: Masuk Kandang Domba Jadi Domba! Istrinya Tak Tahu. 

Prinsip Hidup Kepala Sekolah yang Cabuli 11 Siswa: Masuk Kandang Domba Jadi Domba! Istrinya Tak Tahu

LANDAK - Oknum Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kabupaten Landak berinisial IS (55) mendekam di penjara akibat perbuatannya.

IS yang diharapkan berdiri paling depan untuk melindungi para muridnya, justru menjadi malapetaka.

Sejumlah murid menjadi korban nafsu tak normal Kepala Sekolah.

IS pun menambah jumlah penghuni sel tahanan Polres Landak.

IS yang diduga mencabuli 11 siswa di sekolah pada April silam.

Ia dijerat dengan Pasal 82 ayat (1) dan (2) UU RI Nomor 35 tahun 2014, tentang perubahan atas UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak mengaku siap mempertanggungjawabkan perbuatan bejatnya itu.

Dari balik jeruji besi, IS meminta maaf kepada siswa dan orangtua korban.

Baca: TRAGIS! 2 Kepala Sekolah Hebohkan Kalbar - Terjerat Kasus Cabul dan Tewas Dibunuh

Baca: Pengakuan Mengejutkan Oknum Kepala Sekolah Cabuli 11 Murid SD, Pindah dari Kapuas Hulu ke Landak

Wartawan Tribunpontianak.co.id, Alfons Pardosi secara ekslusif mewawancarai IS di ruangan Kasat Reskrim Polres Landak Iptu Idris Bakara, Kamis (17/10/2019).

Seperti apa pengakuan IS kepada Tribun? Simak petikan wawancara ekslusifnya berikut ini:

Alfons: Apa benar dugaan pencabulan yang ditujukan kepada Anda?

IS: Benar, tapi rasanya berita sebelumnya yang menyatakan 11 orang benar tapi tidak semuanya. Tujuh orang hanya diraba saja, artinya sambil bergurau. Artinya kita seorang guru itu kan mendekatkan diri dengan anak didik, supaya anak didik dekat dengan guru. Itu maksud yang sebenarnya.

Alfons: Polisi menyatakan ada 11 siswa yang menjadi korban. Apa benar?

IS: Hanya empat orang. Tujuh orangnya hanya saya raba-raba.

Alfons: Kenapa Anda melakukannya? 

IS: Sebenarnya, dasarnya itu saya ingin mendekatkan diri dengan anak. Satu tahun lebih saya jadi kepala sekolah di sana.

Supaya dekat dengan anak, kita bergurau seperti anak-anak juga. Karena saya lihat mereka suka bergurau.

Istilah pribahasanya itu, masuk kandang domba jadi domba, masuk kandang kambing jadi kambing. Jadi itu yang saya lakukan.

Entah mengapa, perbuatan saya kepada keempat orang anak ini tiba-tiba aneh, itu saja.

Selama 31 tahun saya bertugas, tidak pernah saya melakukan hal yang tidak-tidak. Kalau tidak percaya tanya sama keluarga saya.

Alfons: Polisi menyebut ada ancaman yang Anda berikan ke siswa? Apa benar? 

IS: Tidak ada, saya tidak ada mengancam. Selaku kepala sekolah saya selalu mengingatkan kepada mereka, bukan sama mereka saja tapi kepada seluruh siswa saya ingatkan.

Kalian harus tunduk, harus taat, harus ikuti perintah pak guru mau pun kepala sekolah kalau kalian mau naik kelas.
Begitu juga yang kelas 6 kalau mau lulus, ikuti perintah dan peraturan sekolah.

Sebab semakin banyak kamu tidak menuruti aturan sekolah, tidak akan mendapat hasil yang baik. Itu saja yang saya sampaikan.

Jadi tidak ada saya tahan ijazah, itu tidak pernah dan silahkan ditanya. Kemarin saja saya sudah ditahan di sini, saya masih berusaha mengeluarkan ijazah mereka.

Alfons: Apa Anda memiliki istri? Tahukah dia kasus yang membelit Anda? 

IS: Punya, anak saya juga ada dua. Kejadian ini saya lakukan dari Bulan April, itulah mereka (istri) tidak tahu. Mereka tahunya sejak saya dilaporkan

Baca: FAKTA BARU Kepala Sekolah di Sintang Tewas Ditusuk Mantan Suami Keponakan, Dipaksa Cerai dan Diusir

Baca: Aktivis Perempuan Syarifah Ida Harap Oknum Kasus Pencabulan 11 Siswanya Dihukum Seberat- Beratnya

Alfons: Kasus ini sudah bergulir. Apa yang mau Anda sampaikan kepada siswa yang menjadi korban? Termasuk kepada orangtua mereka?

IS : Saya minta maaf yang sebesar-besarnya, kalau saya melakukan hal yang tidak baik. Karena saya guru, bagaimana pun saya harus menasehati anak didik saya.

Saya minta maaf kepada para orangtua, karena pada dasarnya saya mengajar anak-anak bapak-ibu sekalian bukan untuk kejelekan, bukan untuk memuaskan hawa nafsu saya.

Tetapi supaya mereka pintar. Karena apa, rata-rata anak yang saya dekati begitu, nilainya agak kurang.

Lebih-lebih lagi ada dua anak yang paling parah, bayangkan saja perkalian tak pandai, pembagian tak pandai.

Jadi saya cari solusi mendekatkan diri dengan mereka. Ternyata setelah saya dekati, mereka berani bertanya.

Alfons: Anda dituding meperburuk citra pendidikan Kalbar. Apa tanggapan Anda?

IS: Betul, saya sadari sekarang bahwa saya merusak citra pendidikan. Tapi saya harapkan terutama yang di bidang pendidikan, saya minta mohon ampun. Maaf, karena itu kesilapan saya.

Saya akan memperbaiki diri saya, semoga Tuhan menyertai saya.

Alfons:  Apa Anda siap mempertanggungjawabkan perbuatan ini? 

IS: Saya siap.

Alfons: Ada informasi Anda pernah terlibat kasus yang sama di Kapuas Hulu?

IS: Tidak pernah. Itu hanya dulu saya waktu SD bergurau dengan teman saya, pegang-pegang gitu lalu orang tuanya teman saya marah. Inilah kemarin mungkin trauma bagi saya.

Entah karena atau ada faktor gen dan sebagainya, saya tidak taulah. Dari dulu sampai sekarang ndak taulah, semakin tua semakin perbuat seperti gini ndak tahulah saya.

Kalau ketemu sama empat anak itu, selalu kepingin begitu saja. Seolah-olah ada sesuatu begitu, saya pun tidak menyadari hal itu.

Alfons: Adakah pesan untuk keluarga besar Anda?

IS: Saya minta maaf kepada suluruh keluarga, mungkin saya sudah hilaf, mungkin saya sudah salah melakukan ini.

Semoga keluarga besar saya dapat mengampuni saya, dan dapat menerima saya apa adanya, itu aja. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved