Bappeda Rencanakan Tata Kawasan Tepian Kapuas Berbasis Keunikan Lingkungan
Ia menjelaskan sehingga hal yang perlu dikembangkan tidak hanya fisik, tapi segala aktivitas kehidupan dan budaya masyarakat.
Penulis: Hamdan Darsani | Editor: Jamadin
Bappeda Rencanakan Tata Kawasan Tepian Kapuas Berbasis Keunikan Lingkungan
PONTIANAK - Pemkot Pontianak secara massif dan simulatan terus melakukan penataan kawasan tepian sungai kapuas.
Bappeda Kota Pontianak saat ini tengah melakukan pembuatan dokumen perencanaan pengembangan kawasan tepian sungai kapuas berbasis keunikan lingkungan, sosial dan budaya.
Sebagai tahap awal, Bappeda Kota mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai kalangan seperti akademisi, pegiat komunitas dan beberapa OPD Terkait melalui Forum Grup Discussion (FGD) di Aula Rohana Mutahlib Bappeda Kota Pontianak, Rabu (16/10/2019)
Kepala Bidang Pembangunan Sektoral Bappeda Pontianak Derry Gunawan menuturkan bahwa FGD bertujuan untuk menggali kebermanfaatan pembangunan waterfront bukan hanya dari sisi infrastruktur tapi dari sisi kemasyarakatan.
Baca: Terdampak Abrasi, Fajar: Masyarakat Mempawah Sadar Bahaya Menebang Mangrove
Baca: Warga Harap Pilkades Semburing Aman dan Damai
Tak hanya itu, pihaknya ingin terus menggali apa saja yang perlu dan bisa dilakukan untuk kemudian bagaimana dengan pembangunan itu ekonomi masyarakat di kawasan itu bisa berkembang.
"Sehingga sudah tentu dapat berdampak pada PAD Kota Pontianak dengan memanfaatkan daya tarik waterfront itu destinasi wisata di Pontianak," ujarnya.
Ia menjelaskan sehingga hal yang perlu dikembangkan tidak hanya fisik, tapi segala aktivitas kehidupan dan budaya masyarakat.
Selain itu daya pikat keindahan dan keunikan sungai kapuas juga akan dimaksimalkan. Sesuai dengan tagline pengembangan kawasan tepian sungai kapuas berbasis keunikan lingkungan Misalnya ekosistem sungai berbeda dengan laut dan darat. Apa saja flora dan faunan disana.
"Misalnya ada ikan gabus atau ikan lainnya. Perbaikan endemik itu harus dilakukan. Misalnya tanaman unik sungai di pertahanankan. Mangrove atau pohon ponti yang punya nilai historis di Kota Pontianak," ujarnya.
Bukan hanya itu, Kata Derry. Bahwa kebiasaan masyarakat dan pengunjung waterfront untuk tetap menjaga kebersihan. Sehinga tidak ada lagi pemandangan keberadaan sampah di sungai.
"FGD ini baru rangkaian. Bukan satu dan terakhir. Selanjutnya akan ada masukan yang terus digali dari peserta FGD untuk menjadi dasar dalam menyusun kebijakan," ujarnya.
"Dalam FGD selanjutnya bisa disandingkan dan ditanggapi atau ditindaklanjuti," pungkasnya.
Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak