BKSDA Kalbar Khawatir, Potensi Konflik Manusia dengan Satwa Liar Meningkat Pasca Karhutla

Meski tiga orangutan bernama latin Pongo Pygmaeus berhasil diselamatkan, Sadtata mengaku khawatir, ada Pongo lain yang tak terselamatkan.

Editor: Ishak
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ISTIMEWA
Tim BKSDA Kalimantan Barat kami kembali menyelamatkan satu individu orangutan korban kebakaran hutan dan lahan di kebun karet warga di Kuala Satong, Ketapang, Kalimantan Barat. Penyelamatan ini hanya berselang satu minggu setelah Bara dan Arang yang dievakuasi dari lahan yang telah habis terbakar. 

BKSDA Kalbar Khawatir, Potensi Konflik Manusia dengan Satwa Liar Meningkat Pasca Karhutla

PONTIANAK - Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kalbar tidak hanya merugikan ekonomi, juga sektor lainnya. Dari sisi ekologi, bencana Karhutla juga menyebabkan hilangnya habitat keanekaragaman hayati, flora dan fauna.

"Karhutla dengan skala seperti ini, dampaknya sangat luar biasa. Tidak hanya bagi sosial, tapi juga pada habitat keanekaragaman hayati,” kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalbar, Sadtata Noor Adirahmanta kepadaTribun Pontianak.

Tiga individu orangutan yang berhasil diselamatkan oleh Tim BKSDA dan IAR di Ketapang menurut Sadtata menjadi dampak buruk Karhutla bagi kelangsungan hidup satwa yang dilindungi oleh undang- undang tersebut.

Sadtata khawatir, dampak jangka panjang rusaknya habitat satwa akibat Karhutla dapat menyebabkan konflik satwa dengan manusia.

Baca: BKSDA Kalbar Lacak Keberadaan Buaya yang Viral di Media Sosial

Baca: Beruang Madu Sinka Zoo Ramai Diperbincangkan, BKSDA Kalbar Ungkap Fakta di Sinka Islands Park

"Dampak jangka panjang, mereka kehilangan habitat, kalau sudah hilang nantinya tersebar ke mana, masuk kebun, ke pekarangan warga dan potensi konflik kemungkinan akan tinggi meningkat setelah ini, karena hutan sumber makanannya habis," ungkap Sadtata.

Jerit--nama orangutan korban Karhutla-- yang diselamatkan oleh BKSDA SKW I Ketapang dan IAR dari Karhutla di Desa Kuala Satong, Kecamatan Matan Hilir Utara menambah daftar panjang deretan Individu orangutan yang menjadi korban kebakaran hutan setelah Bara dan Arang.

Meski tiga orangutan bernama latin Pongo Pygmaeus berhasil diselamatkan, Sadtata mengaku khawatir, ada Pongo lain yang tak terselamatkan.

"Saya khawatir, ada yang terbakar," ujarnya. 

Baca: Konflik Satwa Liar dan Manusia, BKSDA Kalbar Ungkap Masih Banyak Pekerjaan Rumah

Baca: Peringati Hari Primata, BKSDA Kalbar Bersama 3 Lembaga Penggiat Konservasi Gelar Desiminasi

Kekhwatiran Sadtata berdasarkan tiga individu orangutan yang berhasil diselamatkan dalam kondisi kurang nutrisi dan lemas. Menurutnya, tidak menutup kemungkinan, ada individu lain yang terjebak dan mati karena sesak nafas. " Kemungkinan itu ada. Karena menghirup asap, kalau sudah lemas, ya tidak bisa lari. Tiga orangutan yang diselamatkan mereka lari dari hutan yang terbakar. Tidak menutup kemungkinan ada yang lain. Mati karena sesak nafas juga bisa," ungkapnya.

Dampak Karhutla terhadap keanekaragaman hayati dan juga keberadaan satwa jangka panjang membuat Sadtata khwatir, sebab jika habitatnya rusak, potensi konflik dengan manusia akan besar.

"Kita prihatin sekali, dengan kondisi karhutla, habitat rusak yang paling dirugikan manusia itu sendiri. Alam menjadi tidak seimbang ketika satu komponen hilang. Pada akhirnya, manusia juga yang dirugikan," sebut Sadtata. (Agus)

Update berita pilihan tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved