World Rabies Day Perbatasan Negeri, Gerakan Vaksinasi Massal Se Kalbar
Rabies berjangkit pertama kali di Pulau Kalimantan tahun 1974 di wilayah Kalimantan Timur selanjutnya menyebar ke Kalsel dan Kalteng.
Penulis: Anggita Putri | Editor: Didit Widodo
a.Membangun kesadaran, kepedulian, kemampuan dan kesiapsiagaan segenap lapisan masyarakat terhadap ancaman wabah rabies yang saat ini telah menjadi salah satu jenis ancaman “Pandemi Global" yang menakutkan oleh karena penyebarannya sangat cepat dan serangannya berujung kematian.
b.Menandai komando dilaksanakannya Gerakan Vaksinasi Rabies Massal (sabagai salah satu strategi pencegahan dan pengendalian) oleh Tim Pengendalian Rabies Provinsi dan seluruh Kab/Kota bersama Pemerintah Negeri Serawak di Seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Barat dan Serawak-Malaysia dengan sasaran prioritas di wilayah desa/kecamatan tertular dan terancam Rabies.
c.Membangun sabuk kekebalan pada populasi HPR di wilayah target vaksinasi untuk mencegah semakin meluasnya wabah Rabies ke wilayah yang masih bebas di sekitarnya.
d.Menyelamatkan, menjaga ketentraman dan melindungi masyarakat Kalimantan Barat dan Negeri Serawak dari teror yang disebabkan oleh penyakit Rabies.
e.Merealisasikan komitmen Pemprov Kalbar untuk melaksanakan vaksinasi HPR hingga radius 30 -50 KM di Wilayah Sepanjang Perbatasan Kalimantan Barat dan Sarawak sebagai tindak lanjut dari salah satu poin kesepakatan hasil Sidang ke 36 KK Sosek Malindo 2 Agutus 2019 di Yogjakarta.
Pada puncak acara pencanangan yang dijadwalkan akan dibuka langsung oleh Gubernur Kalbar tersebut juga akan dilakukan penandatangan komitmen bersama oleh para bupati/walikota dari 14 kabupaten/kota bersama Gubernur, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (wakil dari Kementan) serta Otoritas/ Pejabat yang mewakili Pemerintah Negeri Serawak-Malaysia diikuti dengan penyerahan penghargaan kepada Tim Pengendali Rabies Kabupaten/Kota terbaik, Petugas Medik/Paramedik Veteriner Berprestasi dan Pemenang Juara Lomba Poster Rabies yang karyanya juga dipamerkan selama berlangsungnya acara.
Pada tempat yang sama juga akan diselenggarakan pelayanan kesehatan hewan gratis (pemberian vaksin anti rabies pada hewan) yang dapat dimamfaatkan oleh masyarakat memilik hewan di sekitarnya, pelayanan vaksin anti rabies (VAR) untuk manusia/ petugas vaksinator, bazar murah dan display pangan local yang masyarakat disekira dapat menikmatinya secara gratis.
Di waktu dan tempat yang berbeda, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, Harrison mengatakan untuk di Kalbar sendiri ada beberapa kasus rabies yang menyerang hingga menyebabkan kematian karena telat penangannya.
Untuk Kasus Rabies di Kalbar, pada tahun 2017 ada 22 orang yang meninggal , di tahun 2018 ada 25 orang dan tahun 2019 sampai sekarang menurun hanya 8 orang yang meninggal karena penyakit rabies.
"Kita harapkan kedepan tidak ada lagi korban meninggal karena Rabies," ujarnya
Ia mengatakan selain kasus kematian, ada Kasus gigitan pada tahun 2017 ada 3326 kasus gigitan hewan penyebab rabies. Kemudian dari tahun 2018 ada 3873, dan 2019 sampai saat ini ada 2921 gigitan hewan penyebab rabies.
"Kabupaten yang paling banyak meninggal 11 kasus di Kabupaten sanggau pada tahun 2017 ada 11 orang dan tahun 2019 5 orang, dan 14 orang meninggal di Landak tahun 2018," ujarnya.

Kalbar sampai pada tahun 2014 masih bebas rabies. Namun pada tahun 2015 terjadi kasus rabies yang terdeteksi datang dari Kalteng dan daerah perbatasan seperti kabupaten Melawi, Ketapang.
"Lalu virus itu masuk lalu menyebar pada tahun 2015 tapi masih ada kabupaten bebas rabies seperti Sintang, Sekadau, Sanggau, Kuburaya, Kayong utara , dan kota Pontianak," ujarnya.
Tapi sampai pada tahun 2018 semua Kabupaten itu tidak ada lagi yang bebas rabies Kecuali Kota Pontianak yang sampai pada saat ini masih menjadi wilayah bebas rabies di Kalbar