Ustadz Abdul Somad
Tanggapan Ustadz Abdul Somad soal Film The Santri yang Dibintangi Wirda Mansur dan Emil Dardak
Tanggapan Ustadz Abdul Somad soal Film The Santri Garapan Livi Zheng, UAS Soroti Dua Hal Ini
Penulis: Nasaruddin | Editor: Nasaruddin
Film The Santri saat ini menjadi perbincangan hangat publik.
Meski saat ini masih sebatas trailer, film produksi PBNU menggandeng sutradara Livi Zheng ini menuai beragam tanggapan.
Trailer fim ini dipublish pada 9 September 2019 di kanal Youtube NU Channel dan langsung menuai berbagai kritik pedas dan menjadi kontroversi.
Kontroversi ini ternyata juga sampai ke Ustadz Abdul Somad, dai asal Pekanbaru, Riau.
Ustadz Abdul Somad bahkan mengaku sudah menonton trailer film yang dibintangi anak Ustadz Yusuf Mansur, Wirda Mansur dan Emil Dardak.
Hal itu disampaikan Ustadz Abdul Somad saat mendapat pertanyaan dari jamaah di pengajian bulanan Masjid Al Hikmah, Tanjung Pinang, Kepri.
Baca: Ustadz Abdul Somad Beri Cara Agar Foto Prewed Tak Seperti Orang Sudah Menikah Tiga Tahun
Baca: Hukum Driver Ojek Online (Ojol) Menerima Order Makanan Haram Menurut Ustadz Abdul Somad
"Apa pendapat Ustadz tentang film The Santri yang tidak mencerminkan kehidupan pesantren yang sebenarnya. Dan disutradarai oleh Livi Zheng yang kontroversi itu," kata Ustadz Abdul Somad membacakan pertanyaan jamaah.
"Kalian mancing-mancing aja. Udah banyak komentar-komentar. Ikuti aja yang udah ada itu. Saya yang beban lama aja belum selesai," kata Ustadz Abdul Somad disambut tawa jamaah.
Menjawab pertanyaan itu, Ustadz Abdul Somad menegaskan, haram hukumnya masuk ke rumah ibadah orang lain. "Haram," tegas UAS.
"Saya tak nonton filmnya sampai habis. Baru menengok trailernya aja," kata Ustadz Abdul Somad.
Tapi di dalam itu yang bisa dirinya komentari menurut UAS, ada dua hal.
Pertama masuk ke rumah ibadah.
"Karena Nabi SAW tak mau masuk ke dalam tempat kalau di dalam itu ada patung berhala," kata Ustadz Abdul Somad.
"Maka dalam Islam, mazhab Syafii mengharamkan masuk ke dalam rumah ibadah (yang) di dalamnya ada berhala," tegas UAS.
Kedua, tentang masalah laki-laki dan perempuan berdua-duaan tak mahrom.
"Pandang-pandangan. Oleh sebab itu maka, kita jaga anak cucu kita dari perbuatan-perbuatan maksiat," katanya.
Bahwa ada misi-misi sesuatu dibalik ini semua, Ustadz Abdul Somad mengatakan wallahu alam bis shawab.
"Kita akan diminta pertanggung jawaban di hadapan Allah SWT," katanya.
UAS menegaskan, Islam tak perlu diajari bagaimana berinteraksi sosial dengan saudara kita non muslim.
Karena kita sudah lama bertetangga.
"Apalagi orang Tanjung Pinang. Seandainya orang Tanjung Pinang ini ekstrim, takkan ada orang Tionghoa di Tanjung Pinang," paparnya.
"Kita semuanya bisa menerima. Siapapun yang datang semua bertetangga berkawan, bersahabat," kata Ustadz Abdul Somad.
Tapi kalau sudah dalam masalah ibadah ritual tidak ada tawar-menawar, kata UAS seraya mengutip surat Al Ikhlas.
"Sekarang banyak yang tak bisa membedakan, kebablasan. Tidak bisa membedakan mana toleransi, mana telor asin. Harus bisa dibedakan. Jangan karena toleransi mengorbankan keyakinan, akidah, anak-anak kita. Naudzubillah," katanya.
"Dan orang-orang yang pernah di pesantren pun, ketika menonton itu mengatakan ini bukan anak pesantren. Anak pesantren tak begitu," pungkas UAS.
Melansir Tribunnews, beberapa waktu lalu, PBNU bersama dengan Livi Zheng dan Komposer Purwacaraka menggelar konferensi pers terkait film The Santri.
Livi Zheng yang menyutradari film The Santri mengatakana bahwa proses syuting baru akan dilakukan pada Oktober mendatang.
Lokasi syuting akan diadakan di dua negara yakni Indonesia dan Amerika Serikat.
Film yang dibintangi Wirda Mansur tersebut diperkirakan akan tayang pada April 2020.
Sementara untuk keterlibatan dalam film, saat itu Livi mengaku belum memutuskan.
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj mengatakan bahwa film tersebut bisa menjadi media dakwah Islam.
Konteks yang diangkat yaknsi soal pendidikan, budaya, akhlak.
Film tersebut juga diklaim Siad bisa memperkokoh Islam di nusantara.
"Ciri khas Islam Nusantara, Islam yang harmonis dengan budaya, kecuali budaya yang bertentangan dengan syariat. Melalui film ini kita dakwahkan Islam yang santun, menjadikan Indonesia kiblat peradaban bukan kiblat solat ya," katanya di Kantor PBNU, Kramat Raya, Jakarta, Senin (9/9/2019).