HUT RI ke-74, Bayu: Guru Honorer Belum dapat Perhatian Pemerintah

Kemarin pas pemilu jadi Pengawas Pemilu Desa, dan sekarang sudah habis periodenya

Penulis: Muhammad Luthfi | Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ISTIMEWA
Guru Honorer di SMAN 3 Teluk Keramat, Bayu 

Akan tetapi, Guru honorer juga manusia yang butuh dan perlu memikirkan penghidupan, ekonomi, kesejahteraan keluarganya dan dirinya sendiri dalam upaya memenuhi kebutuhan keseharianya.

"Kalau kita melihat nasib dan kesejahteraan guru honorer, sungguh memprihatinkan ada saja diantara mereka berprofesi sebagai tukang ojek, mengajar ditempat lain dan kerja serabutan untuk menutupi keperluan ekonomi keluarga," ungkap Bayu.

Baca: Tingkatkan Semangat Bersekolah, SMP dan SD di Engkadu Kerjasama

"Belum lagi profesi-profesi yang lain memberikan dampak sikologis dimata anak didiknya dan masyarakat, ini dapat menurunkan wibawa dan martabat seorang guru," jelasnya.

Dalam berbagai kebijakan, Bayu menilai perhatian pemerintah belum sungguh-sungguh dan serius memperhatikan nasib Guru Honor. Dampaknya justru sebaliknya, semakin memperpanjang catatan dan masalah perjalanan nasib guru honor di negeri ini.

Oleh karenanya ia berharap, agar Pemerintah Daerah dan Pusat bisa fokus untuk mencari solusi bagi nasib Guru Honorer. Hal ini perlu kata Bayu, karena Honorer juga memiliki kontribusi uang tidak kalah pentingnya dengan yang lain.

"Mungkin ada baiknya pemerintah lebih memfokuskan dan memproritaskan pembinaan organisasi guru honor, peningkatan kompetensi, profesionalisme, peningkatan status dan kesejahteraan guru honor secara bertahap dan merata. Karena guru honor juga memberikan konstribusi dan peran yang sangat strategis dalam pembangunan bangsa serta merupakan komponen vital sekaligus ujung tombak dalam mencetak sumber daya manusia," jelasnya.

Kata Bayu, Dengan memiliki SDM yang baik dan berkualitas, maka diharapkan mampu membawa bangsa ini keluar dari krisis multi dimensional dan bangkit sejajar dengan negara maju lainya.

"Harapan kami mudah-mudahan menjadi kenyataan, sehingga nasib si “Oemar Bakri" (Guru Honorer-Red), menjadi pahlawan yang berjasa, bukan tanpa tanda jasa. Dengan slogan Tut Wuri Handayani, mari kita jadikan jiwa dan spirit dalam menggelorakan kebangkitan pendidikan nasional melalui karya nyata membangun negeri, menuju bangsa yang cerdas dan bermartabat di era globalisasi," tutupnya. 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved