Berikut Tuntutan Yang Dihasilkan Tumbang Anoi 2019
Tuntutan Otonomi Khusus Kebudayaan Suku Dayak, masuk di dalam materi Protokol Tumbang Anoi Nasional 2019.
Penulis: Chris Hamonangan Pery Pardede | Editor: Jamadin
Dikatakan Dagut, pada point keenam, “Menuntut penetapan lahan 10.000 (sepuluh ribu) hektar Lahan dan Hutan Adat Damang Batu di Desa Tumbang Anoi, untuk pelestarian kawasan Cagar Budaya Rumah Betang Damang Batu di Desa Tumbang Anoi, Kecamatan Damang Batu, Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah kepada Pemerintah Republik Indonesia, sebagai Pusat Kebudayaan masyarakat adat Suku Dayak Sedunia, dengan distribusi sistem anggaran bersumber pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).”
Point ketujuh, “Menuntut Pemerintah agar dalam perubahan status kawasan hutan (hutan lindung, taman nasional, cagar alam dan hutan produksi), harus mendapat persetujuan tertulis dari Masyarakat Adat Suku Dayak setempat.”
Point kedelapan, lanjut Dagut, “Menuntut Pemerintah agar memberikan ruang dan tempat untuk peran Hakim Adat Dayak dalam menyelesaikan permasalahan perdata dan pidana, harus mengutamakan aspek kearifan lokal berbasiskan hukum adat Dayak, penggunaan hukum negara dilihat sebagai upaya “ultimum remidium”, upaya hukum terakhir.”
Pada point kesembilan, ungkap Dagut, “Mengakui Kaharingan sebagai sistem religi Suku Dayak berdasarkan legenda suci Dayak, mitos suci Suku Dayak, adat istiadat Suku Dayak, dan hukum adat Suku Dayak, dengan menempatkan hutan sebagai simbol dan sumber peradaban; dan menuntut Pemerintah untuk memasukkan dalam Sistem Administrasi Pemerintahan Republik Indonesia.”
Protokol Internasional
Ketua Tim Perumus, Dr Yulius Yohanes, M.Si, mengatakan, dalam Protokol Tumbang Anoi Internasional 2019, point pertama, “Menyepakati penyebutan Pulau Kalimantan (Borneo) dengan sebutan Pulau Dayak, Menetapkan tanggal 24 Juli sebagai Hari Persatuan Dayak Internasional, tanggal 24 Juli dijadikan agenda tahunan dan menerbitkan Kalender Dayak Internasional mulai tahun 2020.”
Kedua, menurut Yohanes, “Menyusun panduan pengesahan perkawinan campur di kalangan Suku Dayak dengan etnis lain yang menikah dengan masyarakat Adat Suku Dayak melalui sistem religi masyarakat Adat Suku Dayak, maka secara otomatis menjadi masyarakat Adat Suku Dayak.”
“Membentuk Sekretariat Jenderal Dayak Internasional Organization, sebagai tim negosiator dalam Organisasi Dayak Dunia terkait dengan upaya untuk memperjuangkan hak Dayak di masing-masing negara menyangkut aspek sosial, ekonomi, politik dan spiritual Dayak, dengan jumlah anggota 2 (dua) orang masing-masing provinsi, dan negara bagian, dengan masa kepengurusan 5 (lima) tahun,” kata Yulius Yohanes, membacakan point ketiga Protokol Tumbang Anoi Internasional 2019.
Pada point keempat, lanjut Yohanes, “Membentuk Pengurus Yayasan Damang Batu Internasional, dengan jumlah anggota 5 (lima) orang masing-masing provinsi, dan negara bagian, dengan masa kepengurusan 5 (lima) tahun, dengan tugas mengelola dan mendesain tata ruang untuk pembangunan Kawasan Hutan Adat Dayak Damang Batu di Desa Tumbang Anoi, Kecamatan Damang Batu, Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Dayak Tengah, seluas 10.000 (sepuluh ribu) hektar, sebagai Cagar Budaya Internasional dan Pusat Kebudayaan Dayak Dunia.”
Point kelima Protokol Tumbang Anoi Internasional 2019, lanjut Yulius Yohanes, “Menyepakati salam Dayak Dunia “Adil Ka’ Talino, Ba’ Curamin Ka’Saruga, Ba’ Basengat, Ka’ Jubata” sebagai Salam Dayak.”
Baca: HUT RI ke-74, Bayu: Guru Honorer Belum dapat Perhatian Pemerintah
Baca: Perang dengan Farhat Abbas, Hotman Paris Dugem Sampai Dikawal 5 Bodyguard, Merasa Dimata-matai
“Demikian Protokol Nasional dan Internasional Tumbang Anoi Tahun 2019, dibuat dengan rasa tanggungjawab dengan penuh kesadaran, final, mengikat, ditandatangani seluruh peserta yang hadir, berlaku bagi seluruh masyarakat Suku Dayak Dunia,” tegas Yulius Yohanes, membacakan penegasan tertuang di dalam frasa terakhir Protokol Tumbang Anoi Nasional dan Internasional 2019.
Dikatakan Yulius Yohanes, Protokol Tumbang Anoi Nasional dan Internasional 2019, ditandatangani seluruh peserta yang hadir di dalam daftar absensi selama seminar digelar di depan Cagar Budaya Rumah Betang Damang Batu, Desa Tumbang Anoi, Kecamatan Damang Batu, Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah, Selasa, 23 Juli 2019.
Seminar dimeriahkan tarian tradisional Suku Dayak dari Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat. Seminar Internasional dan Napak Tilas Damai Tumbang Anoi 1894 tahun 2019, ditutup Wakil Bupati Gunung Mas, Efrensia L.P. Umbing dan dihadiri Bupati Murung Raya, Perdie Midel Yoseph di samping Cagar Budaya Rumah Betang Damang Batu di Tumbang Anoi, Selasa malam, 23 Juli 2019.
Dalam cara penutupan dengan pemukulan alat musik trasidisonal Suku Dayak Provinsi Kalimantan Tengah bernama ‘katambung’ (gendang) oleh Wakil Bupati Gunung Mas, Efrensia L.P. Umbing, dibacakan draft Protokol Tumbang Anoi Nasional dan Internasional 2019 oleh Sekretaris Dewan Adat Dayak Kabupaten Murung Raya, Herianson D. Silam dan pembacaan Berita Acara pembentukan Dayak International Organization dan Yayasan Damang Batu Internasi oleh Tim Perumus, Dr Yulius Yohanes, M.Si.
Penutupan dimeriahkah dengan suara merdu Bupati Murung Raya, Perdie Midel Yoseph, dan Wakil Bupati Gunung Mas, Efrensia L.P. Umbing, dengan menyanyikan beberapa lagu dangdut, dan sejumlah lagu tradisional Suku Dayak Kalimantan Tengah, bernama musik karungut.
Kalender Dayak 2020
Sekretaris panitia, Demud Anggen, mengatakan, materi Protokol Tumbang Anoi Nasional dan Internasional 2019, disusun berdasarkan standard ilmiah, dimana setiap point protokol didukung payung hukum dan atau frasa yang tertuang di dalam materi rumusan (nasional dan internasional) dan kesimpulan (nasional dan internasional).
Tindaklanjut Protokol Tumbang Anoi Nasional dan Internasional 2019, tengah menyusun materi Kalender Dayak Internasional 2020 tahun depan, yang mulai digarap Agustus 2019 di bawah kendali dan tanggungjawab Cornelius Kimha (tokoh masyarakat Dayak Kalimantan Barat) dan Suryadman Gidot (Bupati Bengkayang), sebagai salah satu inisiator pelaksanaan Seminar Internasional dan Ekspedisi Napak Tilas Damai Tumbang Anoi 1894 tahun 2019.