66 Kasus DBD Terjadi di Mempawah Sejak Januari 2019, Jamiril Minta Masyarakat Jaga Kebersihan
Jamiril menjelaskan, wilayah dengan kasus DBD terbayak ada di Kecamatan Mempawah Hilir, Sungi Pinyuh, Anjungan dan Jungkat
Penulis: Muhammad Rokib | Editor: Ishak
66 Kasus DBD Terjadi di Mempawah Sejak Januari 2019, Jamiril Minta Masyarakat Jaga Kebersihan Lingkungan
MEMPAWAH - Plt Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Mempawah, Jamiril mengungkapkan, dalam siklus lima tahunan Demam Berdarah Dengue (DBD) tahun ini terdapat 66 kasus sejak Januari hingga Juni 2019.
"Sejak Januari hingga Juni 2019 sudah ada 66 kasus yang terjadi, sementara tahun 2018 lalu ada 82 kasus, kasus yang terjadi selama kurun waktu enam bulan itu semuanya berhasil ditangani, tanpa ada satupun yang mainggal dunia," ujarnya, Senin (24/6/2019).
Jamiril menjelaskan, wilayah dengan kasus DBD terbayak ada di Kecamatan Mempawah Hilir, Sui Pinyuh, Anjungan dan Jungkat, hal itu disebabkan karena faktor geografis.
"Kasus DBD tertinggi ada di wilayah yang menjadi jalur perlintasan, seperti Mempawah Hilir, Sui Pinyuh, Anjungan dan Jungkat," ujarnya.
Baca: Masyarakat Minta Dinkes Mempawah Gencarkan Abatesasi, Khawatir DBD
Baca: Deklarasi ODF, Jamiril: Demi Cegah Penularan Penyakit
Jamiril mengatakan Dinas Kesehatan sudah mengambil langkah dalam mengatasi siklus lima tahunan DBD dengan terus melakukan abatesasi oleh Puskesmas ke masyarakat.
"Kita memprakirakan angka kejadian tahun ini tidak terlalu signifikan seperti tahun lalu, karena kita tahu sendiri lima tahun lalu kejadian DBD begitu tinggi," ujarnya.
Jamiril memastikan pihaknya terus melakukan pemantauan jentik nyamuk melalui puskesmas dan kader Jumantik, terlebih lagi selama musim hujan.
"Di awal siklus lima tahunan DBD kita sudah intens melakukan abatesasi, jadi telur nyamuk itu dipastikan sudah mati, kalau sudah begitu, nyamuk yang aka tumbuh dewasa pasti hilang," katanya.
Baca: BREAKING NEWS - Kecelakaan Beruntun di Mempawah, Truk Vs Mobil Tangki di Jalan Raya Peniti Luar
Baca: Kasat Lantas Polres Mempawah Ungkap Penyebab Kecelakaan Beruntun di Peniti Luar
Menurut Jamiril, tugas pemberantasan DBD tidak bisa dilakukan sendiri tanpa peran serta dari masyarakat. Pentingnya menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan agar tidak mudah menjadi media jentik nyamuk.
"Karena yang bersentuhan langsung itu masyarakat, yang mempunyai penampungan air dan sebagainya itu masyarakat," ujarnya.
Jamiril mengatakan, potensi perkembangan nyamuk aedes aegypti akan lebih tinggi saat cuaca tak menentu, hujan dan panas tanpa bisa ditebak.
"Kita khawatir karena cuaca sekarang ini hujan panas, hujan panas, itu adalah cuaca yang mendukung perkembangan nyamuk DBD," jelasnya.
Baca: Karang Taruna: Fogging Untuk Antisipasi Perkembangbiakan Nyamuk DBD
Baca: Hingga Kini, Puskesmas Sungai Durian Temukan 25 Kasus DBD
Lebih dalam, Jamiril menjelaskan, telur nyamuk aedes aegypti bisa bertahan pada kondisi cuaca panas, makanya kata dia, jika hujan turun dilanjutkan dengan panas panjang, saat hujan itulah kesempatan kita menabur abate karena nyamuk baru bertelur.
"Kita sudah bekerjasama dengan juru pemeriksa jentik melalui Puskesmas, nanti Jumantik itulah yang memantau apakah tempat penampungan air itu harus ditabur abate atau tidak," katanya.
Jamiril memastikan, untuk abatesasi Dinas Kesehatan memiliki stok yang cukup selama siklus lima tahunan ini, bagi masyarakat yang membutuhkan bisa datang ke Puskesmas terdekat.
"Kita pastikan abate gratis, karena program itu memang gratis untuk masyarakat, tidak ada biaya, seperti fogging itu juga tidak boleh meminta iur biaya," ujarnya.
Jamiril juga menjelaskan bahwa pihaknya sedang melakukan program fogging fokus, dimana penyemprotan asap akan dilakukan jika ada kejadian.
Baca: Cegah DBD, Kodim 1011/Klk Bersama Warga Bersihkan Lingkungan
"Dalam program fogging fokus itu kita lakukan jika ada menemukan kejadian, karena itu untuk memutus mata rantai nyamuk, nanti dilihat lagi, apakah sumbernya dari lingkungan sekitar atau dari luar," jelasnya.
Jamiril menjelaskan, jika ada temuan DBD di suatu wilayah, dalam radius seratus meter wajib dilakukan fogging.
"Fogging harus menunggu kejadian, kalau tidak ada kejadian kita lakukan itu akan mubajir, karena fungsinya fogging itukan untuk memutus mata rantai penyebaran nyamuk DBD," jelasnya.
Untuk mencegah jatuhnya korban akibat DBD, Jamiril mengimbau agar masyarakat yang mempunyai gejala-gejala demam harus segera memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan.
"Setidaknya, tenaga medis seperti dokter, atau Puskesmas memiliki alat dan teknik untuk mendeteksi apakah itu DBD atau bukan, seperti umum yang kita ketahui ciri khasnya adalah bintik-bintik merah," paparnya.
Jamiril mengatakan, masyarakat biasanya kurang pengetahuan tentang DBD, jika kondisinya sedang panas tinggi kata dia, itu belum pasti DBD, kalau sudah ada bintik-bintik merah di kulit barulah ketahuan.
"Makanya, karena sulit di deteksi dini, jika ada anak yang diduga terkena DBD harus segera diperiksa ke pusat pelayanan kesehatan seperti Puskesmas atau Rumah Sakit," pungkasnya.