Hingga Kini, Puskesmas Sungai Durian Temukan 25 Kasus DBD

Ringgo dinyatakan meninggal pada 31 Januari, setelah sempat mendapatkan pertolongan di Rumah Sakit.

Penulis: Rizki Fadriani | Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ FILE
Seorang petugas program DBD Puskesmas Sungai Durian melakukan fogging 

Hingga Kini, Puskesmas Sungai Durian Temukan 25 Kasus DBD 

KUBU RAYA - Sepanjang tahun 2019 ada 25 kasus positif demam berdarah yang ditemukan di Puskesmas Sungai Durian, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya. 

Pemegang Program DBD, Martha Rina Malik, menerangkan, 25 kasus tersebut paling banyak di Bulan Januari yakni sebanyak 21 kasus, hingga ada satu penderita yang meninggal dunia. 

Korban tersebut adalah seorang anak berusia 5 tahun yang merupakan warga Jalan Raya Kuala Dua, Gg. Karya Satu atas nama Ringgo Muntela.

Ringgo dinyatakan meninggal pada 31 Januari, setelah sempat mendapatkan pertolongan di Rumah Sakit. 

Namun, karena terlambat mendapatkan penangan, Ringgo akhirnya meninggal pada hari kelima mengalami demam tinggi. 

Baca: Polisi Gagalkan Pencurian Sapi di Desa Semerangkai

Baca: VIDEO: Terlihat Megah, Inilah Rumah Betang Radangk Aya Landak di Ngabang

Menurut penuturan Martha, Ringgo luput dari pengawasan orangtua, karena baru dibawa ke RS setelah mengalami demam selama 4 hari.

Dibandingkan tahun lalu, menurut dia di pertengahan tahun ini mengalami peningkatan. 

“Dibanding tahun lalu ada peningkatan, tahun lalu total ada 92 kasus, namun di bulan Januari ditemykan  9 kasus, kalau februari tahun lalu 8 kasus,” terangnya. 

Untuk menangani kasua DBD ini, maka Puskesmas juga gencar melakukan berbagai upaya.

Diantaranya dengan rutin mencari titik keberadaan kasus yang dilakukan tipa bulannya.

“Selama seminggu sekali, kami ambil laporan ke RS Kartika Husada, RS Auri dan RS Soedarso, kalau ada langsung ditindak, kami hubungi RT untuk mencari kasus yang lain di sekitar kasus temuan,” uangkap Martha. 

Jika terdapat 3 yang demam atau lebih dari satu kasus DBD atau kasus DBD meninggal segera dilakukan penyuluhan, dan dilakukan fogging. 

Mereka juga gencar mengajak masyarakat untuk melakukan  gerakan tanaman obat nyamuk (gertak metik).

Baca: Hingga Minggu ke 16, Ada 205 Kasus DBD Dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kubu Raya

Karena, bagaimana pun menurut Martha Fogging merupakan tindakan terakhir yabg dilakukan, dimana dalam hal ini menggunakan racun untuk membunuh nyamuk dewasa.

“Fogging adalah penanganan terakhir yang  bermain dengan racun. Dia hanya bunuh nyamuk dewasa, jadi yang harus diperhatikan oleh masyarakat itu penaburan bubuk abate yang diberikan rutin 3 bulan sekali,” jelas Martha. 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved