Ustadz Abdul Somad

Ustadz Abdul Somad Tak Mampu Lanjutkan Ceramah Saat Kenang Ibunya, "Satu Hal yang Bikin Saya Kesal"

Ustadz Abdul Somad Tak Mampu Lanjutkan Ceramah Saat Kenang Ibunya, "Satu Hal yang Bikin Saya Kesal"

Penulis: Nasaruddin | Editor: Nasaruddin
Youtube Tafaqquh
Ustadz Abdul Somad Tak Mampu Lanjutkan Ceramah Saat Kenang Ibunya, "Satu Hal yang Bikin Saya Kesal" 

"Kalau Senin Kamis, dia puasa. Makanya meninggalnya selesai makan sahur. Habis makan sahur sempat dia nengok Youtube ceramah saya. Di depan saya dia tak pernah nengok ceramah saya, rupanya pas saya pergi ditontonnya saya," lanjut UAS.

UAS menceritakan, setelah selesai mandi, ibunya merasa sakit kepala.

"Habis mandi berwudhu mau salat Subuh. Makin sakit. Jatuh dia tak sadarkan diri, dibawa ke rumah sakit. Makin lemah jantungnya, kemudian meninggal," lanjut UAS.

Ustadz Abdul Somad bercerita, suatu waktu ibunya pernah ditanya mengenai doa apa yang dibawa HJ Rohana untuk UAS.

"Apa doamu untuk anakmu? Dulu waktu dia di mesir di maroko 100 kali anakku kubacakan fatihah tiap malam. Sekalipun tak pernah dia cerita ke saya," lanjut UAS.

"Patutlah saya di mesir tak pernah sakit tak pernah demam. Di Maroko sehat. Rupanya doanya ya Allah. Bangga saya dengan Emak saya," paparnya.

Kebanggaan Ustadz Abdul Somad dengan ibundanya ditunjukkan dengan membawa emaknya kemana-mana.  

Apa yang menjadi keinginan ibundanya selalu ditunaikan.

"Saya paling benci, paling marah menengok orang ketika emaknya meninggal barulah mencakar dinding. Kalau menengok itu rasa mau saya hantukkan kepalanya. Dulu waktu dia hidup kenapa tak kau kasi? Dah meninggal barulah kau. Waktu idup tu lah kau senangkan dia. Waktu hidup tu supaya kau tak menyesal," kata UAS. 

Pada akhir ceramahnya, Ustadz Abdul Somad mengatakan, orangtua seperti Quran buruk.

Dibaca tak terbaca, dibuang berdosa. Jadi biarkan sajalah sampai masanya hilang juga dia.

"Saat dia hilang itulah baru kau berkata andai dia ada. Andai kubiarkan dulu dia merepek, andai kuturut dulu cakapnya. Ada guna menyesal?," kata UAS.

"Ada yang yang Ustadz kesalkan? Nggak. Apa yang dia minta kukasi. Kenapa dikasi? Supaya aku tak menyesal.  Tapi namanya manusia tentu. Kalau diurut-urut balik, apalah yang kesal?," kata UAS 

"Satu kesal. Sebelum pergi itu tak saya peluk dia. Mustinya dipeluk kuat-kuat. Dicium dia. Makanya kalau masih hidup emak kalian peluk dia. Sebelum pergi itu peluk dia. Cium keningnya. Supaya tak menyesal," kata UAS. 

"Tak bisa saya lanjutkan, terima kasih," pungkas UAS. 

Simak selengkapnya dalam video berikut:

Cita - Cita Ibunda UAS yang Belum Terwujud

Ustadz Abdul Somad mengungkap cita-cita Ibundanya yang belum terwujud hingga saat ini.

Cita-cita ibunda Ustadz Abdul Somad yang belum terwujud itu disampaikan UAS setelah pemakaman ibundanya.

Menurut Ustadz Abdul Somad, ada dua cita-cita ibundanya yang belum terwujud hingga meninggal dunia.

Ustadz Abdul Somad mengatakan, tak ada firasat yang dirasakan menjelang ibundanya meninggal dunia.

Selama ini, setiap bertemu ibundanya selalu bercerita tentang kematian.

"Karena selalu ingat mati. Jadi kita sudah siap," kata Ustadz Abdul Somad saat bercerita kenangan bersama ibundanya.

"Makanya ketika adik saya kirim berita Mak meninggal, kita sudah siap semua. Dulu dia mau makamnya di sini, kemudian setiap mau Ramadhan sedekah, jadi selalu dia ngomong itu," ungkap Ustadz Abdul Somad, saat tampil perdana di layar kaca usai ibundanya meninggal dunia.

Ustadz Abdul Somad mengatakan ibundanya tak pernah mau memberatkan.

Cuman waktu berziarah bersama lima bulan lalu, ibunda Ustadz Abdul Somad mengatakan sesuatu.

"Ini aku mungkin di bagian kaki ni, katanya. Jadi saya memahami kalau setiap tahun beliau kesini. Kumpulkan anak yatim, fakir miskin anak sekolah. Jadi kalau makamnya di Pekanbaru kami ndak kemari. Mungkin itu cara dia," kata UAS.

Ustadz Abdul Somad kemudian bercerita tentang ibunya. Hajah Rohana, menurut Ustadz Abdul Somad lahir di Kampung Silau Laut. 

Kampung Silau Laut didirikan oleh Syekh Abdurrahman atau Syekh Silau.

Syekh Silau itu ulama besar, murid dari Syekh Sulaiman Zuhdi. 

"Jadi di kampung inilah beliau mendidik kami. Saya di sini sampai umur sembilan tahun. Ayah sibuk mencari nafkah," cerita Ustadz Abdul Somad

UAS mengatakan ibunya yang sewaktu kecil menyerahkan ke guru mengaji.

Kemudian waktu pindah, di masa libur panjang UAS pulang ke Silau Laut dan disuruh mengaji.

"Waktu tuan Syekh masih hidup saya disuruh ngaji walaupun hanya mendengarkan bacaan fatihah. Untuk ngambil barokah," ceritanya.

Dulu saat ada anak pesantren lewat di depan rumahnya, Ibunda Hj Rohana menyampaikan pesan ke Ustadz Abdul Somad yang masih kecil.

"Kamu harus seperti dia. Harus pesantren," kata UAS menirukan mendiang ibunya.

Ustadz Abdul Somad mengatakan, saat itu ada anak tuan syekh bernama Drs H Muhammad Ali, almarhum, dialah doktorandus pertama di kampung Silau Laut.

"Ketika Mak saya tahu, Mak saya bilang kamu musti doktorandus. Makanya ketika saya pulang LC MA, cita-cita dia belom sampai karena saya musti doktorandus," ungkap UAS.

Ustadz Abdul Somad bersyukur dirinya mendapat ijin untuk kuliah di Maroko dan Mesir meski hanya dua bersaudara.

Hal itu berbeda dengan nasib temannya yang meski 10 bersaudara tak mendapat izin dari orangtua.

"Jadi saya bersyukur sekali. Kami cuman dua nggak ada perempuan. Laki-laki dua-duanya. Tapi saya diizinkan pergi jauh. Jadi saya empat tahun di mesir, dua tahun di maroko itu sudah," katanya.

"Maka ketika saya mau lanjut S3, dia tidak larang. Cuman kau pulang doktor tapi aku almarhumah," kata UAS.

Ustadz Abdul Somad mengatakan, dirinya sejak kecil tinggal berpisah dengan ibunya.

Baru pada tahun 1998 sampai 2019 atau kurang lebih 11 tahun, mereka tinggal bersama.

"Jadi dari yang sejak kecil, pisah, pisah karena beliau pindah ke Riau saya sekolah ke medan, saya ke mesir saya ke Maroko . Jadi selama tinggal bersama, hampir semua yang dia mau saya perturutkan," kata UAS.

"Saya belajar dari Pak Ahmad yang orangtuanya sudah meninggal, setiap tahun kenduri sedekah. Sementara sayakan Mak saya masih hidup maka semua keinginannya saya penuhi," ujar UAS.

Ustadz Abdul Somad mengatakan, ada cita-cita ibundanya yang belum tercapai.

"Dia ingin saya hafal Quran. Dia ingin saya Qori," kata UAS.

Dulu di pesantren Darul Ulum, ada Ustadz Armawi Abdurrahman. Hj Rohana menyerahkan UAS ke sang Ustadz.

"Dia datang ke Ustadz Armawi, Ustadz Armawi ini anak aku (waktu itu saya kelas 5 SD), tolong didik dia," jelas UAS.

"Tapi waktu itu saya nggak mondok. Saya datang situ kalau saya mau MTQ saja. Mau musabaqoh baru datang," katanya. 

Ustadz Abdul Somad mengatakan, setelah ibundanya meninggal dunia banyak orang yang datang. Beberapa memberikan karangan bunga.

Demikian pula di media sosial, Ustadz Abdul Somad mengatakan, baru ini like di akunnya sampai 1 juta lebih.

"Instagram likenya 1,2 juta. Semua komen-komennya ibu sudah melahirkan Ustadz Abdul Somad," kata UAS.

"Jadi saya pikir ternyata selama ini bukan doa kita. Kalau bahasa Melayu kita ini menumpang tuah. Doa dia ternyata," papar UAS. 

"Saya nanti mati belum tentu banyak karangan bunga. Belum tentu orang seramai ini. Mungkin nanti saya nggak viral lagi," katanya seraya tersenyum.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved